Kredit macet pinjaman valas mendaki

JAKARTA. Para bankir semakin was-was. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terus terkapar. Kemarin (14/8),  kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, rupiah menembus level Rp 13.763 per dollar AS.

Deputi Gubernur BI Erwin Riyanto menyatakan, pelemahan rupiah memicu kenaikan rasio kredit bermasalah atawa nonperforming loan (NPL) kredit valuta asing (valas) industri perbankan. Tapi, proyeksi bank sentral, kenaikan kredit macet valas tidak bakal membuat NPL bank melewati batas aman 5%.

Sebab, Erwin bilang, bank lebih berhati-hati menyalurkan kredit valas, berkaca pada pengalaman krisis moneter 1998 silam. “Bank selektif memberikan pinjaman valas kepada korporasi yang memiliki pendapatan dalam valas atau bank melakukan hedging,” ujanya, Jumat (14/8).

BI juga memperketat pinjaman luar negeri yang diajukan perbankan. Di sisi lain, BI meminta kepada bank melakukan mitigasi risiko secara ketat atas permintaan pinjaman valas calon debitur.

Kurs rupiah yang terus ambruk pun memaksa para bankir memantau ketat laju kenaikan NPL kredit valas. Mengutip data Otorotas Jasa Keuangan (OJK) terbaru, kredit bermasalah terkait kegiatan ekspor impor mendaki 40,66% menjadi Rp 4,02 triliun per Mei 2015 atau sejak akhir tahun 2014 (lihat tabel).

Kenaikan NPL kredit valas yang rentan perubahan nilai tukar rupiah tersebut jauh lebih tinggi ketimbang pertumbuhan pinjamannya. Hingga Mei lalu, kredit valas tumbuh tinggi 22,84% jadi Rp 757,13 triliun, atau menyumbang 20,15% dari total pinjaman bank umum yang mencapai Rp 3.757,13 triliun.

Rem kredit

Risiko tinggi membuat bank mengerem penyaluran kredit valas. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menuturkan, banknya tidak menargetkan pertumbuhan kredit valas. Maklum, di akhir Juni 2015 lalu porsi kredit valas BCA malahan menurun dibanding tahun 2014 yang berkontribusi 6,5% dari total kredit BCA. “Saat ini porsi kredit valas terhadap keseluruhan portofolio kredit BCA hanya sekitar 5,8%,” ucap Jahja kepada KONTAN. BCA menjaga NPL kredit valas di level 0,5%.

Sementara Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Budi Satria bilang, perusahaannya membatasi pertumbuhan kredit valas untuk sementara waktu. “Kalau, toh, ada penyaluran kredit valas, maka pemberian kredit itu hanya kepada nasabah yang juga memiliki pemasukan dalam valas,” jelasnya.

Menurut Direktur Utama Bank Permata Roy Arman Arfandy, pertumbuhan kredit valas bakal rendah tahun ini. Sepanjang tahun 2015, Bank Permata hanya menargetkan porsi kredit valas sebesar 20%–23% dari total kredit.

Lantaran porsi kredit valas cukup besar, Bank Permata menawarkan layanan hedging kepada para debitur valas mereka. Tujuannya adalah, untuk meredam NPL.

Editor: Sanny Cicilia


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*