Korporasi RI Siap Emisi Obligasi Global US$ 2,8 M (2-Habis)

Minat Tinggi
Pelindo II baru saja menerbitkan obligasi global senilai total US$ 1,6 miliar atau setara Rp 20,8 triliun pada 23 April 2015. Kucuran dana yang telah diterima perseroan per 5 Mei lalu ternyata melebihi target awal sebesar US$ 1 miliar, dengan penawaran dari investor yang mencapai US$ 5 miliar.

Direktur Keuangan Pelindo II Orias Petrus Moedak mengatakan, tingginya minat investor disebabkan oleh posisi Pelindo II yang strategis di sektor kemaritiman. Sektor tersebut kini menjadi salah satu sektor prioritas pemerintah.

Pelindo II mengalokasikan dana hasil emisi obligasi global untuk mendanai penyelesaian pembangunan sejumlah proyek. Salah satunya proyek Pelabuhan Kalibaru senilai Rp 8 triliun.

“Kemudian kami akan kembangkan (pelabuhan) Sorong, (pelabuhan) di Kijing, Kalimantan Barat, karena pelabuhan di Pontianak itu kan pelabuhan sungai, jadi kami ingin masuk ke palabuhan dalam. Pelindo juga akan kembangkan pelabuhan di Cirebon dan juga beberapa pelabuhan lain,” kata Orias.

Pelindo II menerbitkan obligasi global dalam dua seri. Seri pertama senilai US$ 1,1 miliar dengan jangka waktu 10 tahun. Kuponnya sebesar 4,25 persen dan yield 4,375 persen. Seri kedua bernilai US$ 500 juta dengan jangka waktu 30 tahun. Kuponnya 5,375 persen dan yield 5,5 persen.

Sementara itu, minat investor yang tinggi juga dialami oleh PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA). Perseroan menerbitkan obligasi senior di pasar surat utang global sebesar US$ 70 juta atau sekitar Rp 910 miliar. Obligasi tersebut jatuh tempo pada 2019.

Direktur Utama Jababeka SD Darmono mengatakan, obligasi itu mendapatkan permintaan yang kuat dari pasar, dengan jumlah pesanan mencapai lebih dari US$ 579 juta atau oversubscribed lebih dari 8 kali. Sebanyak 97 persen obligasi ini dialokasikan bagi investor yang berkualitas (high quality institutional investors), sisanya 3 persen untuk private banks.

“Tanggapan positif dari para investor global yang berkualitas terhadap penerbitan obligasi terbaru Jababeka menunjukkan kepercayaan pasar global,” ujar Darmono.

Sebelumnya, Direktur Utama Bond Research Institute (BondRI) Tumpal Sihombing memperkirakan, nilai penerbitan obligasi global tahun ini kemungkinan moderat sekitar US$ 4-5 miliar.

Menurut Tumpal, risiko penerbitan obligasi global sebenarnya lebih besar dibandingkan obligasi domestik berdenominasi rupiah. Meski kupon obligasi global lebih rendah, perusahaan memiliki risiko selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama dolar Amerika Serikat (AS).

Di sisi lain, kata dia, volatilitas harga minyak dunia saat ini ikut meningkatkan risiko penerbitan obligasi global. Sebab, harga minyak sangat berperan memengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar. Meski demikian, emisi obligasi global bisa sukses, jika rating perusahaan dan negara asal tergolong bagus.

Tumbuh 15 persen
Dihubungi terpisah, Direktur Utama Bond Research Institute (BondRI) Tumpal Sihombing mengatakan, pihaknya menargetkan pertumbuhan emisi obligasi global korporasi tahun ini mencapai 10-15 persen dibandingkan tahun lalu.

“Emisi obligasi global tahun ini bisa mencapai Rp 60-70 triliun, jika pemerintah bisa menjamin batas bawah pertumbuhan ekonomi adalah 4,7 persen. Artinya pertumbuhan ekonomi harus lebih tinggi daripada tahun lalu. Jika tidak, pelaku pasar akan was-was,”tutur Tumpal, Senin.

Selain itu, yang harus diperhatikan adalah yield dari obligasi global tersebut. Menurut Tumpal, saat ini obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun yield-nya di kisaran 8 persen. “Makanya ekspektasi investor terhadap yield korporasi akan lebih tinggi,” paparnya.

Menurut dia, jika rating suatu korporasi adalah AAA, berarti ada premi risiko sekitar 3-4 persen. Dengan yield surat utang pemerintah sebesar 8 persen, paling tidak yield obligasi korporasi sekitar 8-12 persen dan harus di atas BI rate.

Investor Daily

Antonia Timmerman/Jauhari Mahardhika/Muhamad Edy Sofyan/FMB

Investor Daily


Distribusi: BeritaSatu – Pasar Modal

Speak Your Mind

*

*