Konflik Politik Tidak Kunjung Selesai, Ekonomi Thailand Makin Suram

Kondisi pasar atau pusat perbelanjaan yang biasanya ramai di Thailand belakangan sudah tidak tampak lagi. Hal ini disebabkan oleh berlarut-larutnya penyelesaian konflik protes berkepanjangan di negara tersebut.
 
Bisnis di sini terus memburuk, banyak toko-toko yang tutup, beberapa sudah pindah untuk menemukan tempat yang lebih murah. Produk ponsel sekarang lebih sulit untuk dijual, banyak orang yang menjual ponsel mereka kembali ke toko-toko demi mendapatkan sedikit uang untuk kebutuhan mereka.
 
Ekonomi Thailand memang sangat terpukul hingga menuju resesi akibat kekacauan dalam perebutan kekuasaan selama delapan tahun di jantung kota Bangkok dan di pengadilan yang dipolitisasi.
 
Tingginya dominasi politik dari keluarga miliarder Shinawatra, dan prospek buruk ekonomi telah melemahkan kepercayaan konsumen, yang turun ke level terendah dalam 12,5 tahun terakhir pada bulan Februari.
 
Para ekonom mengatakan, lima bulan kekerasan sporadis dan blokade anti-pemerintah telah membuat sektor pariwisata negara ini rugi USD 9,3 miliar akibat kehilangan pendapatan.
 
Konsumen tidak tertarik untuk berbelanja. Beberapa pedagang eceren melihat kondisi ini lebih parah dari  krisis keuangan tahun 1997 dimana tahun ini situasinya sangat kritis bagi para pedagang.
 
Dengan kasus hukum yang menumpuk terhadap Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, ekonomi Thailand diprediksi bisa terus bergerak ke arah penurunan yang lebih parah.
 
Prospek ekonomi pun terlihat sangat buruk, beberapa ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Thailand bisa berada di bawah 2 persen atau bahkan bisa lebih rendah lagi.

International Monetary Fund (IMF) sebelumnya memproyeksi ekonomi Thailand akan tumbuh sebesar 2,5 persen tahun ini, paling lambat di antara negara Asia dan di bawah perkiraan Bank of Thailand yang sebesar 2,7 persen.
 
Konsumen kredit Thailand banyak yang mengalami kerulitan pembayaran, utang rumah tangga pada akhir tahun 2013 mencapai rekor pada 82,3 persen dari PDB, dibandingkan dengan 77,3 persen pada tahun sebelumnya dan 45 persen di 10 tahun lalu.
 
Thai Industries Sentiment Index pada bulan Februari mencapai level terendah sejak Juli 2009, di mana minat masyarakat untuk membeli properti berada pada titik terendah selama hampir sembilan tahun terakhir. Sedangkan penjualan mobil domestik turun hampir 45 persen pada Februari dari tahun sebelumnya.

Bank of Thailand telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 2,0 persen, itu adalah tingkat terendah sejak Desember 2010. Bank snetral ini memperkirakan ekonomi negaranya akan menyusut pada kuartal pertama.

Jika tren ini terus terjadi di kuartal berikutnya, maka Thailand akan berada dalam resesi pertama sejak awal 2009. Ada risiko yang sangat besar kalau negara ini bisa mengalami resesi, pertumbuhan ekspor tetap menjadi satu-satunya pendukung ekonomi Thailand, tapi ini hanya bersifat sementara dan tidak lama,” kata Gundy Cahyadi, ekonom dari DBS Bank Singapura,
 
Gubernur Bank of Thailand, Prasarn Trairatvorakul mengatakan diskon besar pun tidak akan membantu perekonomian dari kurangnya kepercayaan dan kekosongan kebijakan.
 
Hunian hotel di Thailand mengalami penurunan sekitar 50 persen, pertumbuhan ekspor hanya 0,2 persen pada dua bulan pertama dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
 
TISCO Bank Pcl juga memangkas proyeksi untuk penjualan mobil domestik tahun ini menjadi sekitar 900.000 kendaraan dari 1,1-1,2 juta kendaraan. Bahkan sejumlah pinjaman tanpa bunga yang ditawarkan oleh dealer mobiljuga tidak akan membantu.
 
Beberapa perusahaan Thailand ingin berekspansi ke luar negeri. Distributor handset Jay Mart Pcl mengatakan mungkin akan merevisi target pertumbuhan 35 persen tahun ini dan akan memanfaatkan permintaan yang tinggi di negara tetangga Myanmar.
 
Menurut kelompok riset pasar GfK, sejak protes dimulai, konsumen di Thailand juga lebih memilih membeli model ponsel yang lebih murah dari Nokia dan iMobile. Tercatat, penjualan produk Apple turun dari 127.000 unit di bulan November sampai 100.600 pada bulan Februari.

Rizki Abadi/journalist/VM/VBN-voa
Editor : Jul Allens
image : ABC


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*