Kinerja Garuda Indonesia Tertekan Pelemahan Rupiah


shadow

Financeroll – Pelemahan nilai tukar rupiah ke level terendah sejak krisis 2008 membuat kinerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. tertekan.

Direktur Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS berdampak buruk bagi perusahaan yang memiliki pendapatan rupiah.

Komposisi pendapatan berkisar antara 50:50, sehingga setiap pelemahan Rp100 berkontribusi hingga US$10 juta kemerosotan laba bersih setelah pajak selama setahun.

Namun demikian, penurunan 1 sen dolar AS avtur, akan memberikan dampak positif laba bersih setelah pajak sebesar US$17 juta dalam satu tahun.

Dari sisi beban biaya, pelemahan rupiah berdampak positif karena selalu sejalan dengan pelemahan harga minyak mentah serta avtur. Namun, dari sisi pendapatan, diperkirakan penguatan dolar AS dapat membuat pendapatan dari penerbangan luar negeri juga merosot.

Kondisi demikian, diakui merupakan hal yang diluar kendali manajemen Garuda. Akan tetapi, dipastikan jajaran direksi yang baru akan mengefisienkan biaya secara maksimal tanpa mengurangi pelayanan kepada pelanggan.

Selain itu, pelemahan rupiah berdampak positif bagi pencatatan neraca karena laporan keuangan GIAA dibuat dalam nominal dolar AS. Alasannya, utang rupiah tercatat lebih kecil dan rasio biaya juga lebih kecil sehingga arus kas terpengaruh positif.

Dia mengharapkan, nilai tukar rupiah akan lebih stabil seperti dengan keingan perusahaan-perusahaan sejenis yang memiliki pendapatan dalam bentuk rupiah. Pasalnya, EBITDA margin diperkirakan akan tergerus apabila terus terjadi pelemahan nilai tukar.

Industri airlines pada kondisi terbaik marginnya 3%, hampir semua airlines merugi sekarang.

Padahal, Garuda juga harus membantu pemerintah dalam hal ini ketika melayani penerbangan haji. Akan tetapi, harga avtur dari PT Pertamina (Persero) sebagai sesama BUMN justru masih diberikan lebih tinggi 15% dari harga di Singapura.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*