Kinerja Emiten Semen Alami Tekanan Karena Beban Penjualan


shadow

Financeroll – Naiknya beban pokok penjualan menjadi faktor penekan pertumbuhan kinerja emiten semen sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini.

Berdasarkan laporan keuangan sembilan bulan pertama 2014, dari empat perusahaan semen yang melantai di Bursa Efek Indonesia, seluruhnya mengalami kenaikan beban pokok penjualan di atas 10%. Peningkatan beban pokok penjualan paling tinggi dialami oleh PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) yang mencapai 21,02%.

Disusul oleh PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) dengan kenaikan 16,73%, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) 14,03% dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) sekitar 10,15%.

Faktor utama kenaikan beban pokok pendapatan/penjualan adalah kenaikan tarif listrik yang berlaku bertahap sepanjang tahun ini. Pada SMBR, beban pokok penjualan meningkat cukup signifikan 21,02% menjadi Rp576,36 miliar dari Rp476,25 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan ini membuat laba kotor perseroan ikut tertekan. Laba kotor perseroan tercatat Rp240,47 miliar atau lebih rendah dari perolehan sebelumnya Rp318,69 miliar. Adapun laba bersih perseroan tercatat Rp220 miliar atau hanya tumbuh 8,94% dari perolehan pada periode sebelumnya Rp202,45 miliar.

Sama dengan SMBR, naiknya beban pokok penjualan juga menekan kinerja emiten semen lainnya seperti INTP, SMGR dan SMCB. INTP dan SMGR mencatatkan kenaikan laba bersih di bawah 5%, sedangkan SMCB justru mencatatkan penurunan.

Sepanjang sembilan bulan pertama, pendapatan INTP tercatat Rp14,16 triliun atau naik 6,14% dari perolehan pada periode sebelumnya Rp13,34 triliun.

Namun, beban pokok penjualan yang naik 10,15% dan beban usaha yang melonjak 20% membuat laba kian tertekan. Beban pokok penjualan perseroan menjadi Rp7,81 triliun dari Rp7,09 triliun, sedangkan beban usaha menjadi Rp2,28 triliun dari Rp1,9 triliun.

Adapun, laba bersih perseroan hanya meningkat 3,05% dari perolehan laba Rp3,6 triliun menjadi Rp3,71 triliun.

Begitu juga dengan SMGR yang hanya menorehkan laba bersih Rp4,08 triliun atau naik 4,61% dari perolehan laba sebelumnya yang Rp3,90 triliun. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, penjualan perseroan tercatat tumbuh 11,21% menjadi Rp19,34 triliun dari Rp17,39 triliun.

Namun, beban pokok yang cukup tinggi dengan pertumbuhan 14,03% dari Rp9,55 triliun menjadi Rp10,89 triliun pada sembilan bulan pertama tahun ini membuat laba perseroan jadi menyusut. Beban operasional juga meningkat dari Rp22,79 miliar menjadi Rp35,65 miliar.

Sementara itu, dibandingkan dengan tiga emiten lainnya, SMCB paling terpuruk. Naiknya beban pokok penjualan yang mencapai 16,73% dari Rp4,6 triliun menjadi Rp5,37 triliun membuat laba perseroan turun. Laba tercatat Rp569,69 miliar atau turun 5,16% dari perolehan laba sebelumnya yang mencapai Rp599,13 miliar.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*