Kilang Polytama Berhenti Produksi Karena Nedosiasi Berjalan Alot

shadow

PT Polytama Propindo adilsiregar 10 picturesFinanceroll – Negosiasi antara PT Polytama Propindo dan PT Pertamina (Persero) terkait pembahasan skema tolling fee agreement guna bisa memenuhi kebutuhan polipropilena dalam negeri berjalan alot.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik (INAplas) mengatakan belum beroperasinya kembali kilang milik Polytama berdampak pada pemenuhan bahan kimia polipropilena dalam negeri. Sejak kilang berhenti, pasokan untuk industri hilir terganggu dan impor juga kian meningkat.

Adapun berhentinya kilang Polytama disebabkan oleh berhentinya pasokan salah satu bahan baku untuk menghasilkan polipropilena, yakni propilena (C3) yang seharusnya dipasok oleh PT Pertamina (Persero). Dengan demikian, tak adanya propilena membuat perusahaan tidak bisa memproduksi polipropilena.

Saat ini, pihak Polytama sedang melakukan negosiasi dengan Pertamina untuk mencari jalan keluar agar masalah ini bisa diselesaikan.

Manager Komersial Polytama Propindo mengatakan akan menawarkan konsep tolling fee, namun tetap sepakat dengan poin-poin yang ada dalam tolling fee itu. Namun, ini agak sulit karena masih banyak hal dalam tolling fee itu yang belum mengakomodasi secara keseluruhan, jadi masih negosiasi, belum deal.

Sebelumnya, Pertamina menawarkan konsep tolling fee agreement untuk pemecahan masalah. Vice President Communication Pertamina mengatakan Pertamina berencana ingin memasok propilena ke kilang Polytama dengan konsep tolling fee, dimana Pertamina akan membayar biaya pemrosesan kepada Polytama.

Sedangkan, produk akhir menjadi hak Pertamina untuk dipasarkan kepada end user.

Pertamina melihat skema tolling fee agreement merupakan jalan yang terbaik mengingat hingga saat ini Polytama juga belum kunjung melunasi utang-utangnya kepada Pertamina.

Menjawab hal itu, diungkapkan bahwa urusan utang antara Polytama dan Pertamina sudah selesai.

Kalau masalah Pertamina sudah tidak ada, uang dari bank garansi perseroan juga sudah cari. Kalau dikatakan masih ada urusan dengan PPA baru benar. Sekarang ini masalahnya murni B to B yang belum selesai.

Terganggunya pasokan dari Polytama juga memengaruhi kegiatan industri hilir. Kalau biasanya hilir dapat dari dalam negeri (Polytama), bisa kapan saja dikirim pasokan, tetapi sekarang kalau mengandalkan impor butuh waktu. Kalau dari Asean butuh sekitar 2 minggu, dari Timur Tengah bisa satu bulan.

Sebelumnya, kilang milik Polytama memang pernah berhenti pada Agustus 2010. Kemudian, pada Februari 2013, kilang yang menghasilkan polipropilena tersebut sudah beroperasi kembali. Namun, kilang tersebut berhenti kembali sekitar akhir Maret atau awal April lalu dan hingga kini belum bisa beroperasi.

Sebelum berhenti beroperasi, kilang tersebut menghasillkan kapasitas polipropilena sekitar 12.500 ton per bulan dari kapasitasnya yang mencapai 17.500 ton per bulan. Adapun untuk satu tahun, biasanya kilang menghasilkan produksi sekitar 180.000 ton hingga 240.000 ton per tahun.

Pada industri hilir, polipropilena biasa digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti pengemasan, tekstil (contohnya tali, pakaian dalam termal, dan karpet), alat tulis, berbagai tipe wadah terpakaikan ulang serta bagian plastik, perlengkapan labolatorium, komponen otomotif, kertas kresek dan uang kertas polimer.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*