Khawatir Yunani Gagal Bayar, Rupiah Terpelanting

INILAHCOM, Jakarta Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah terperosok 1,45%. Di antara pemicunya adalah kekhawatiran pasar atas potensi gagal bayarnya Yunani dan keluar dari zona euro. Seperti apa?

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah dalam sepekan terakhir melemah 181 poin (1,45%) ke posisi 12.625 pada pekan yang berakhir 30 Januari 2015 dibandingkan akhir pekan sebelumnya, 23 Januari, di angka 12.444.

“Tidak adanya sentimen positif membuat rupiah terperangkap dalam zona merah dalam sepekan terakhir,” kata Reza Priyambada, kepala riset Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI) kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (1/2/2015).

Adanya pemberitaan kemenangan Partai Oposisi Yunani dalam Pemilu di akhir pekan sebelumnya memberikan sentimen negatif pada laju Euro. “Pelaku pasar khawatir jika partai oposisi yang memenangi pemilu, Yunani akan mengalami default alias gagal bayar, keluar dari Zona Euro, dan berbagai persepsi lainnya,” ujarnya.

Tentu saja, kata dia, sentimen tersebut membuat laju euro terus menunjukkan pelemahan dan dimanfaatkan dolar AS untuk menguat sehingga rupiah pun terjungkal ke zona merah. “Laju rupiah sempat menguat seiring mulai meredanya tekanan Euro setelah pemimpin partai oposisi (pemenang pemilu Yunani) mengatakan, akan melakukan negosiasi penyelesaian utang Yunani dengan para kreditur tanpa membuat Yunani keluar dari Eurozone,” tandas dia.

Di sisi lain, lanjut dia, apresiasi rupiah juga turut ditopang kenaikan Yen dan Yuan. Yen menguat setelah Menteri Ekonomi Jepang mengatakan, tidak ada waktu untuk membuat perencanaan untuk menggapai target inflasi 2%.

Sementara Yuan menguat setelah People’s Bank of China (PBoC) menguatkan reference rate pasca pelemahan Yuan. “Di lain hari, tidak jauh berbeda dengan laju IHSG, laju rupiah turut tersengat sentiment dari pertemuan The Fed,” papar dia.

Tampaknya sudah menjadi siklus di mana setiap berlangsungnya pertemuan The Fed, laju rupiah cenderung turun. Pelaku pasar pun lebih memilih untuk mentransaksikan dolar AS dengan berharap akan adanya kepastian The Fed terhadap pengumuman suku bunganya.

“Padahal kami belum melihat adanya indikasi adanya perubahan suku bunga The Fed dalam pertemuan kali ini. The Fed masih akan melakukan penilaian terhadap seberapa kuat perekonomian AS,” ucapnya.

Laju rupiah masih melanjutkan pergerakan negatifnya setelah laju dolar AS kian bergerak naik setelah selesainya pertemuan The Fed. “Turunnya rupiah juga dibarengi dengan penurunan Won pasca memangkas suku bunga acuannya dan turunnya Yen seiring dengan pelemahan pada investasi saham dan obligasi serta penjualan ritelnya,” tuturnya.

Dengan pelemahan tersebut dimanfaatkan bagi dolar AS untuk menguat. “Dalam sepekan ke depan, rupiah berpeluang melaju dalam kisaran support-resisten 12.715-12.487 berdasarkan kurs tengah BI,” imbuh Reza. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*