Ketua KADIN : Kondisi Ekonomi Indonesia Belum Sepenuhnya Terkendali


shadow

FINANCEROLL – Dalam catatan tahunan yang disampaikan Suryo Bambang Sulisto, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) di Jakarta pada Kamis (22/01) menyatakan bahwa kondisi makro ekonomi Indonesia sampai akhir tahun 2014 secara relatif belum kritis walau pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah.

Ditambahkan oleh Ketua KADIN, meski kondisi ekonomi Indonesia demikian tidak dapat dikatakan bahwa perekonomian sudah sepenuhnya terkendali, karena masih diwarnai oleh permasalahan defisit anggaran belanja dan defisit neraca perdagangan dan neraca berjalan. Menurutnya, perekonomian Indonesia belum didukung oleh sisi pasokan yang kuat, karena lebih bertumpu kepada sisi permintaan. Perekonomian Indonesia ditopang oleh arus modal portofolio yang rentan dan dikhawatirkan terjadinya arus modal balik yang menyebabkan ekonomi tidak terkendali, kecuali adanya kebijakan ekonomi yang tepat sasaran, tegasnya.

Menyoroti kondisi politik nasional yang berpengaruh terhadap perekonomian bangsa, Suryo Bambang Sulisto melihat proses politik saat ini di Indonesia dalam kondisi yang memprihatinkan terkait upaya untuk menghadapi tantangan-tantangan ekonomi yang dihadapi bangs. Pemerintah Joko Widodo mendapat peninggalan struktur APBN yang rapuh, sebagaimana ditandai oleh defisit anggaran belanja, sehingga ruang gerak pemerintah baru menjadi terbatas.

Disamping itu perekonomian Indonesia juga menghadapi masalah defisit neraca perdagangan dan defisit neraca berjalan, karena lemahnya struktur ekonomi serta lemahnya kemandirian ekonomi bangsa. Sesuai dengan posisi KADIN selama ini,  Suryo Bambang Sulistio menilai kebijakan pemerintah Joko Widodo untuk menaikkan harga BBM dan merealokasikan ke bidang-bidang yang produktif, merupakan kebijakan yang berani dan tepat serta sejalan dengan posisi dan saran KADIN selama ini. Kebijakan ini telah merubah secara mendasar darikebijakan fiskal yang boros menjadi kebijakan fiskal yang produktif dan tepat sasaran, tandasnya.

Setelah 4 tahun Indonesia menikmati kebijakan “quantitative easing” (QE) serta suku bunga rendah di Amerika, Pemerintah Amerika telah mengakhiri kebijakan tersebut pada Oktober 2014. Pemerintah AS mengkhawatirkan dampak serius kebijakan tersebut terhadap disparitas pendapatan di Amerika Serikat. Sementara itu, buah dari kebijakan tersebut adalah membaiknya kondisi ekonomi AS. Menurut Suryo Bambang Sulistio, perbaikan ekonomi di Amerika Serikat akhir-akhir ini bisa berdampak negatif terhadap negara-negara dengan sistim ekonomi yang terbuka seperti Indonesia. Setiap saat bisa terjadi penarikan modal kembali dari dana yang diinvestasikan kenegara-negara tersebut sebagai stimulan terhadap ekonomi Amerika. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia harus siap menghadapi kemungkinan “arus balik” atau “capital flight”yangakanberdampak negatif terhadap nilai tukar rupiah dan defisit neraca pembayaran dan neraca berjalan, ungkap Suryo Bambang Sulistio.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*