Kenaikan Bunga The Fed Bebani Pemerintahan Jokowi

Menteri Keuangan M. Chatib Basri, resmikan penerbitan uang NKRI di Gedung BI, Jakarta, 18 Agustus 2014. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri mengatakan pemerintah mendatang akan dibayangi oleh kemungkinan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, menaikkan suku bunga acuan. Kebijakan itu dikhawatirkan akan berdampak terhadap kondisi ekonomi di dalam negeri. “Risiko itu harus diantisipasi karena bisa menyebabkan capital outflow,” kata Chatib di kantor Kementerian Keuangan, Selasa, 19 Agustus 2014. (Baca: Chatib: Harga BBM Naik, Solusi buat Pemerintah Baru)

Kondisi ekonomi Indonesia sejak dua tahun terakhir terus dibayangi oleh isu soal kenaikan tingkat suku bunga The Fed. Selain itu, penghentian stimulus moneter untuk negara-negara berkembang akan sangat berdampak pada kondisi moneter dalam negeri. Chatib mengatakan moneter yang cukup ketat kemungkinan masih akan terjadi pada pemerintahan mendatang. “Itu akan dirasakan langsung oleh emerging market,” ujarnya. (Baca: BI Waspadai Perkembangan Kebijakan The Fed)

Menurut Chatib, dengan kondisi tersebut, pemerintah mendatang harus merespons masalah subsidi energi yang selalu membebani anggaran negara. Dia mencontohkan kondisi pada saat transisi pemerintahan dari periode Megawati Soekarnoputri ke Susilo Bambang Yudhoyono pada 2004. Ketika itu, pemerintah langsung menaikkan harga BBM pada Maret dan Oktober. “Saat itu langkah paling awal yang dilakukan pemerintah adalah adjust harga bahan bakar minyak,” kata Chatib.

Ekonom dari Bank Internasional Indonesia, Juniman, sebelumnya mengatakan ekonomi Indonesia tahun depan akan berhadapan dengan era moneter ketat. Penyebabnya, bank sentral Amerika kemungkinan akan menaikkan tingkat suku bunganya pada tahun depan. “Itu akan diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga Bank Indonesia. Saya perkirakan BI Rate tahun depan akan kembali naik 25 basis poin,” katanya.

Menurut Juniman, pemerintah harus mengantisipasi dengan berbagai bauran kebijakan akibat pengalihan arus modal dari emerging market ke negara-negara maju karena pengetatan moneter tersebut. “Masalah ini harus diantisipasi dengan hati-hati. Kalau tidak, Indonesia bisa masuk lagi dalam jurang krisis,” ujarnya.

ANGGA SUKMA WIJAYA

Berita Terpopuler
Fahri Hamzah Disebut Terima US$ 25 Ribu dari Nazar
Begini Pembagian Jatah Kekuasaan ala Prabowo-Hatta
Jokowi Setuju 6 Jenis Manusia Versi Mochtar Lubis Dihilangkan
Bagaimana PRT Pembunuh Bayi di Riau Dibekuk?
Fahri Hamzah Cuit Klarifikasi Duit Nazaruddin
Pilot-Pramugara Baku Hantam, Penumpang Dievakuasi


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*