Kemelut Irak, Sulut Harga Emas Menanjak

shadow

ISIS

Harga Emas naik hingga ke harga termahalnya dalam tiga minggu ini, melanjutkan kenaikan yang terjadi dalam dua minggu sebelumnya, setelah kemelut di Irak mengalami kenaikan pula. Kondisi di Irak telah mendorong pelaku pasar mencari safe haven, dan tertuju kepada emas. Harga perak juga terkatrol dengan kenaikan ini dan mencapai harga termahalnya dalam sebulan ini.

FINANCEROL – Emas batangan naik secara tiba-tiba mencapai harga $1,282.98 atau naik sekitar 0.5 persen, yang merupakan harga emas batangan termahalnya sejak 27 Mei silam. Pada minggu lalu, harga emas tercatat mengalami kenaikan sebesar 1.9 persen. Kontrak Emas Berjangka untuk pengiriman bulan Agustus mengalami kenaikan sebesar 0.7 persen ke harga $1,283.10 per ons di bursa Comex, yang juga merupakan harga termahalnya sejak 27 Mei silam.

Kemelut di Irak memuncak setelah angkatan bersenjata Irak berhasil membunuh 279 orang pemberontak. Juru bicara militer Irak, Qassim Ata menyatakan demikian di stasiun tv. Pemerintah Irak saat ini tengah berupaya mengambil alih kembali wilayah-wilayah yang saat ini tditengarai dikuasai kelompok-kelompok jaringan al-Qaeda.

Harga emas batangan  sepanjang tahun ini telah naik 6.7 persen akibat dorongan kemelut di Ukraina. Kemelut yang terjadi membuat investor memilih kembali emas sebagai asset pengaman investasinya. Krisis yang terjadi di Timur Tengah ini dianggap bisa menjadi sentiment positif bagi kenaikan harga emas lebih lanjut. Salah satu alasan bahwa kemelut di Timur Tengah ini akan membuat harga emas naik adalah dampak dari kenaikan harga komoditi. Krisis di Irak akan mendorong kenaikan harga minyak yang akan membuat pasar bergejolak. Jika harga minyak meroket, inflasi akan meningkat dan membuat bank-bank sentral di dunia ini kesulitan meredamnya. Tak ayal emas akan menjadi pilihan investor.

Sementara itu, Obligasi 10T AS mengalami penurunan imbal hasil sebesar 1 basis point menjadi 2.59 persen, setelah sempat di 2.61 persen pada Bursa di New York pada 13 Juni kemarin. Jatuhnya imbal hasil ini mencerminakn ketidak percayaan pasar dengan proses pemulihan ekonomi AS yang tengah berlangsung saat ini. Data ekonomi AS terkini menunjukkan adanya penurunan kepercayaan konsumen pada angka terendah dalam tiga bulan ini. Angka indek yang diterbitkan oleh Thomson Reuters/University of Michigan mengukur indek sentiment konsumen turun ke 81.2 dari sebelumnya di angka 81.9 pada bulan Mei. Padahal perkiraan sebelumnya menyatakan akan optimis naik ke 83.

Indek Kepercayaan bisnis The Empire State Manufacturing survey diperkirakan akan turun ke angka 15 dari sebelumnya diangka 19.01 pada bulan Juni ini. Data resmi akan diterbitkan Senin (16/06). Data produksi industry AS hanya diperkirakan mampu naik 0.5 percent bulan lalu setelah bulan April mengalami kontraksi.

Pihak Komisi Pasar Bebas Bank Sentral AS, The Federal Open Market Committee akan melakukan pertemuan pada 17-18 Juni besok, diperkirakan mereka akan mengurangi besaran dana pembelian obligasi sebesar $10 milyar kembali menjadi hanya $35 milyar saja. (@hqeem)


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*