Kekhawatiran Ini Picu Minyak Mentah Naik di Asia

INILAHCOM, Tokyo – Harga minyak berjangka mencapai tingkat tertingginya dalam satu bulan pada Rabu (5/4/2017).

Investor mencermati beberapa sentimen di tengah bullishnya persediaan minyak Amerika. Selain itu karena sentimen persediaan minyak global semakin menipis.

Dalam perdagangan New York merchantile Exchange, melaporkan minyak jenis light sweet untuk pengiriman Mei baru-baru ini diperdagangkan naik 31 sen atau 0,6% pada US$51,34 per barel di sesi elektronik Globex. Sementara Brent untuk Juni di London ICE Future Exchange naik 27 sen atau 0,5% menjadi US$54,44, seperti mengutip marketwatch.com.

Kedua minyak acuan dunia ini naik lebih dari 1,5% selama perdagangan Amerika pada Selasa (4/4/2017). Alasannya karena rebound terus terjadi dari aksi jual Maret. Akibat kekhawatiran mengenai persediaan minyak Amerika dan tekad negara-negara lain untuk menjaga jumlah produksinya.

Saat ini, beberapa analis memprediksikan bahwa harga minyak US$60 mungkin akan terjadi dalam waktu dekat, terutama jika OPEC dan produsen tekemuka seperti Rusia setuju untuk memperpanjang perjanjian pemotongan produksi hingga akhir tahun. OPEC akan memberikan keputusannya pada 25 Mei nanti.

Pakta penetapan telah ditandatangani untuk pengurangan output sebanyak 1,8 juta barel per hari, sebanyak 2% dari produksi harian global. “Saat ini, tingkat produksi telah menurun sekitar 1,5 juta barel sementara permintaan cenderung menguat menjadi 1,2 juta barel di kuartal pertama,” kata Giovanni Satunovo, analis energi di UBS. Ia melihat pasar minyak telah bergeser menuju defisit.

Sementara beberapa pengamat pasar mengharapkan permintaan akan melebihi pasokan dalam beberapa bulan mendatang, proses rebalancing akan dilakukan secara bertahap dan setiap reli harga bisa terjadi dalam waktu singkat.

“Rendahnya tingkat kepatuhan masih menjadi resiko dan diperkuat dengan pemotongan pengurangan outputmasih ditopang oleh Arab Saudi,” kata BMI Research.

Sementara itu, peningkatan produksi minyak AS juga telah menjadi penyebab melemahnya kenaikan harga minyak karena jumlah rig yang beroperasi di dalam negeri, baik di darat maupun lepas pantai, sebanyak 77% lebih peningkatan dari tahun sebelumya pada Maret lalu, menurut Platts Rig Data.

Namun, Staunovo dari UBS mengatakan, “Perkiraan waktu dari peningkatan minyak AS adalah enam hingga sembilan bulan, sehingga produksi minyak hanya akan naik pada pertengahan tahun dan seterusnya.” Meskipun begitu, output masih terus meningkat selama beberapa bulan terakhir.

Sementara musim panas akan datang, persediaan minyak Amerika yang meskipun saat ini masih berada di titil tertinggi selama multi dekade, memiliki kemungkinan untuk moderat. Tingkat penyimpanan turun 1,8 juta barel pekan lalu, menurut pengawas dari American Petroleum Institute mengatakan bahwa penurunan terbesar terjadi di bensin dan minyak sulingan. Analis memperkirakan jumlah pasokan akan menipis dalam data dari pemerintah yang akan dirilis pada Rabu. [hid]
 


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*