Kebijakan China Bisa Picu Perang Mata Uang, Siapkah Indonesia?

Jakarta -Kebijakan bank sentral China, yaitu The People’s Bank of China (PBoC), melemahkan yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi bisa menyulut perang mata uang. Siapkah Indonesia jika ini terjadi?

Perang mata uang yang dimaksud adalah negara-negara sengaja melemahkan nilai tukarnya terhadap dolar AS supaya nilai ekspornya bisa meningkat. Hal ini hanya bisa menjadi keuntungan bagi negara dengan eksportir yang tinggi dengan cadangan devisa yang kuat.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Ekspor di Juli lalu sudah melambat, sementara cadangan devisa juga berkurang terus dipakai menahan rupiah supaya tidak terlalu lemah.

“Kalau jangka pendek oke. Mungkin kita (Indonesia) masih kuat, tapi kan berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi dan kestabilan makro jangka panjang,” ujar Pengamat ekonomi Anggito Abimanyu kepada detikFinance, Kamis (13/8/2015).

Sebab, tambah Anggito, sampai saat ini belum diketahui secara pasti sampai kapan yuan akan dilemahkan oleh bank sentral China. Malah dari kabar yang beredar, euro dan yen juga sedang siap-siap dilemahkan oleh otoritas setempat.

“Sampai kapan (pelemahan yuan) ini kita kan tidak tahu. Ini bisa mengganggu neraca perdagangan dan cadev (cadangan devisa) kita dalam jangka panjang,” ujarnya.

Langkah China itu memicu dolar AS naik tinggi, kemarin sempat menembus Rp 13.800. Bank Indonesia (BI) akan semakin kesulitan menjaga rupiah jika dolar terus menguat seperti sekarang ini.Next

(ang/hen)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*