JK: Kenaikan Suku Bunga AS tak Terlalu Berdampak Bagi Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve tak akan mempengaruhi kondisi ekonomi dalam negeri. Kalla mengatakan kenaikan suku bunga the Fed tidak akan terlalu tinggi.

“Enggak apa-apa mereka naik tidak seperti kita 1-2 persen, mereka naik seperlima persen. Jadi pasti ada efeknya tapi tidak besar karena kita masih jauh lebih tinggi. Sehingga kalaupun dana-dana itu hingga pasti perkiraannya kembali,” kata JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (17/9).

Selain itu, Kalla juga meyakini dana yang lari ke pasar keuangan AS pun akan kembali untuk ditempatkan di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Terkait keputusan rapat dewan gubernur Bank Indonesia (BI), Kalla menilai BI rate yang diputuskan di level tetap dapat menjaga stabilitas pasar keuangan.

“Untuk jaga stabilitas, yang penting tidak naik,” kata dia.

Sebelumnya, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengakui nasib rupiah akan sangat bergantung pada keputusan the Fed. Mereka menggelar pertemuan untuk membahas kenaikan suku bunga pada 16-17 September ini.

Menurut dia, spekulasi terhadap kenaikan suku bunga tersebutlah yang membuat nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar AS. “Rupiah melemah karena FOMC (Federal Open Market Committee mau rapat. Orang-orang jadi berspekulasi,” katanya, kemarin.

Padahal, menurut dia, belum tentu jadi juga dinaikkan suku bunganya. Ia berharap Amerika dapat memberikan kepastian mengenai kenaikan suku bunga. Dia meyakini, nilai tukar rupiah akan lebih stabil apabila sudah ada kepastian dari the Fed.

“Kalau mau naik, naik aja sekalian. Jangan ditunda-tunda. Memang rupiah akan melemah lagi, tapi sedikit. Setelah itu, orang-orang baru akan sadar kalau ternyata tidak ada apa-apa kalau suku bunga AS naik,” kata Darmin.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Speak Your Mind

*

*