Jika IHSG Naik, Saham-saham Bank Oke Dipilih

INILAHCOM, Jakarta Jika IHSG melanjutkan tren naiknya, saham-saham bank dinilai menarik jadi pilihan. Sementara saham konstruksi dan saham-saham gas layak disikapi hati-hati. Mengapa?

Pada perdagangan Jumat (9/1/2015), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 4,837 poin (0,09%) ke posisi 5.216,665.

Penguatan tersebut setelah indeks mencapai level tertingginya 5.240,238 atau menguat 28,410 poin dan mencapai level terlemahnya 5.212,280 atau naik 0,452 poin.

Satrio Utomo, kepala riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan, penguatan IHSG yang sempat mencapai 28 poin ke 5.240 tersisa 4,8 poin ke 5.216, menandakan bahwa indeks gagal take off. “Ini salah satunya karena neraca perdagangan November 2014 yang dilaporkan awal Januari 2015 sebenarnya jelek,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, akhir pekan lalu.

Kondisi itu, kata dia, membuat pasar khawatir, bahwa kondisi ekonomi Indonesia memang buruk. “Program Jokowi memang banyak. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi juga sudah disesuaikan dengan baik. Tapi, orang memang tetap khawatir neraca perdagangan Indonesia memang tidak sehat,” ujarnya.

Orang khawatir, lanjut Satrio, tidak bagusnya neraca perdagangan merupakan tanda bahwa kondisi perekonomian ke depannya juga tidak bagus. “Karena itu, meski investor asing mencatatkan net buy luar biasa besar di atas Rp400 miliar di pasar reguler, IHSG nyatanya gagal naik, gagal take off,” papar dia. Karena itu, dia menegaskan, arah IHSG sepekan ke depan tetap mengkhawatirkan.

Resisten IHSG saat ini merupakan rekornya di kisaran 5.250-5.262. “Tapi, terus terang, pemodal saham masih perlu berhati-hati. Sebab, pasar lebih cenderung berkonsolidasi. Support IHSG sendiri berada di 5.200,” tandas dia.

Sementara itu, lanjut dia, soal ekspektasi Quantitative Easing (QE) di European Central Bank (ECB) yang sempat membuat Dow Jones meroket pekan lalu, tidak berpengaruh banyak ke bursa saham Indonesia.

Indeks lebih dipengaruhi oleh capital inflow. Aliran modal asing yang masuk cukup besar Jumat (9/1/2015), sebenarnya memberikan harapan bahwa IHSG bisa mencetak rekor baru dalam waktu dekat. “Tapi, sentimen datang dari problem lain di bursa saham yakni harga minyak yang masih belum jelas,” timpal dia.

Jadi, harga minyak masih cenderung melemah dan kondisi ekonomi domestik kurang bagus. Tapi, secara teknikal, potensi penurunan harga minyak sebenarnya sudah tidak jauh lagi yakni di level US$45 per barel.

“Jika berposisi sebagai trader minyak, seharusnya sudah mulai melakukan pembelian. Apalagi, IHSG juga sudah memasuki ke kisaran support. Hanya saja, untuk saham-saham sektor minyak belum memberikan sinyal beli,” papar dia.

Pemodal sekarang, lanjut dia, sekarang justru berhati-hati atas potensi penurunan harga gas setelah minyak turun. “Dengan harga minyak yang masih tertahan di kisaran rendah, kita khawatir harga gas akan ikut turun. Emiten seperti PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) dan PT Energi Mega Persada (ENRG), terpaksa harus menurunkan harga jual gasnya,” papar dia.

Untuk saham-saham pilihan sepekan ke depan, jika IHSG tren naiknya berlanjut, saham-saham bank besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Central Asia (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia (BBNI) cukup menarik.

BMRI sudah menciptakan rekor baru. Secara historis akan ada kelanjutan naik dari level rekor tersebut. “Perbankan yang kecil-kecil, juga terlihat masih oke,” tuturnya.

Untuk saham-saham konstruksi, Satrio menyarankan berhati-hati karena masih rawan profit taking. “Saham-saham konstruksi, lajunya sudah berat. Jumat (9/1/2015), saham-saham konstruksi sudah gagal naik,” imbuhnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*