Jepang Terhindar dari Resesi, Yen Menguat

INILAHCOM, Tokyo – Kurs yen menguat, Selasa (08/12/2015). Itu setelah data pertumbuhan Jepang yang lebih baik dari perkiraan meredakan kekhawatiran tentang ekonomi, dan menurunkan harapan stimulus lebih besar dari bank sentral Jepang (BoJ) dalam waktu dekat.

Jepang mengesampingkan resesi keduanya dalam beberapa tahun, setelah angka direvisi yang dipublikasikan pada Selasa menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) riil tumbuh sebesar 0,3 persen pada Juli-September. Perkiraan awal menunjukkan kontraksi untuk dua kuartal berturut-turut, menempatkan negara itu dalam resesi. Pelemahan itu telah memicu spekulasi bahwa BoJ akan dipaksa untuk memperluas program stimulus tahunan besar 80 triliun yen — sebuah langkah yang akan cenderung melemahkan yen. Bank sentral akan menggelar pertemuan terakhir 2015 minggu depan, ketika itu juga dijadwalkan untuk merilis hasil survei sentimen bisnis Tankan yang diawasi dengan secara ketat.

“Bank sentral Jepang kemungkinan akan mempertahankan pengaturan kebijakan tidak berubah … kecuali Tankan (survei kepercayaan bisnis) minggu depan mengecewakan secara signifikan,” terang lembaga penelitian Capital Economics mengatakan dalam sebuah komentar.

“Namun demikian, kami masih memperkirakan bahwa inflasi yang mendasari akan moderat di bulan-bulan mendatang, yang akan menempatkan bank di bawah tekanan baru untuk meningkatkan kecepatan pelonggaran,” ujar mereka.

Di Tokyo, dolar merosot menjadi 123,11 yen dari 123,36 yen pada Senin di New York, sementara euro turun tipis menjadi 133,55 yen dari 133,67 yen. Mata uang tunggal juga berpindah tangan pada US$1,0848 naik dari US$1,0835. “Namun, dolar kemungkinan menguat karena Federal Reserve bergerak lebih dekat ke kenaikan suku bunga pertamanya dalam sembilan tahun,” tegas Yosuke Hosokawa dari Sumitomo Mitsui Trust Bank.

“Pembelian kembali dolar dimungkinkan karena setiap orang sekarang percaya bahwa kenaikan suku bunga Federal Reserve dijamin,” kata Hosokawa.

Pada Jumat, data resmi AS menunjukkan lebih dari 200.000 pekerjaan baru diciptakan di Amerika Serikat pada November, memperkuat pandangan bahwa ekonomi terbesar dunia itu dalam jalur pemulihan. The Fed akan mengadakan pertemuan kebijakan berikutnya minggu depan. Mata uang terkait komoditas, termasuk dolar Australia dan ringgit Malaysia, terpukul setelah harga minyak anjlok ke tingkat terendah tujuh tahun.

Dolar Aussie melemah 0,10 persen terhadap greenback, sementara ringgit turun satu persen. Penurunan tajam harga minyak terjadi setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) gagal mencapai kesepakatan mengenai pemotongan produksi meskipun kelebihan pasokan global. Pada perdagangan lainnya, won Korea Selatan turun 0,57 persen terhadap dolar, sedangkan rupiah Indonesia menguat 0,27 persen dan baht Thailand naik tipis 0,03 persen. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*