Jepang Berusaha Keluar Dari Deflasi, CPI Melonjak Tinggi Pada Bulan Ini

Pasca dinaikkannya tarif pajak penjualan pada 1 April lalu, saat ini Tokyo berhasil mencatat rekor dengan lonjakan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada level tertinggi sejak tahun 1992 yaitu sebesar 2,7 persen. Kenaikan inflasi tersebut tidak termasuk kenaikan harga pada makanan segar yang tercatat naik 1 persen pada bulan sebelumnya.

Berdasarkan data yang diperoleh, kenaikan pajak yang dilakukan oleh Bank Of Japan beberapa waktu lalu telah meredam jumlah permintaan konsumen dan diproyeksikan pada kuartal ini perekonomian Jepang akan berkontraksi. Para investor menilai BOJ akan segera mengeluarkan paket kebijakan moneter yang longgar sehingga inflasi tetap dapat terkendali.

Dengan terjadinya inflasi, Menteri Keuangan beserta Perdana Menteri Jepang sedang menghadapi tantangan besar untuk menjaga kepercayaan masyarakat pada manfaat jangka panjang dimana setelah selama hampir dalam kurun waktu 15 tahun ini Jepang selalu terkungkung dalam momen deflasi.

Pasalnya, sebagian besar masyarakat menganggap bahwa kenaikan harga yang saat ini terjadi tidak ada untungnya bagi mereka karena nyatanya upah kerja mereka belum juga dinaikkan. Berdasarkan rilis data indeks kepercayaan konsumen pada April 2014, tercatat indeks mengalami penurunan menjadi 37,5, level ini adalah level terendah sejak tahun 2011.

Dari sektor bisnis seperti Suntory Beverage and Food Ltd dan Yoshinoya Holdings Co  akhirnya menaikkan harga penjualan makanannya dengan kenaikan lebih dari 3 persen. Dan beberapa perusahaan lainnya bahkan ada yang menaikan harga penjualannya hingga lebih dari 8 persen.

Sedangkan beberapa perusahaan lainnya yang sudah merasakan merosot tajamnya angka penjualan mereka pada April ini akhirnya menyerah dengan menurunkan harga penjualan mereka.

Angka inflasi Jepang saat ini yang masih dibawah target BOJ yaitu 2 persen pada tahun 2014 masih harus dipicu kemali secara bertahap. Dalam jangka pendek peristiwa inflasi akan selalu menimbulkan dilematis baik bagi pemerintah ataupun masyarakat.

Oleh karena itulah peran BOJ sebagai pengatur kebijakan moneter sangat diperlukan untuk menetralisir kekhwatiran masyarakat serta kontraksi ekonomi yang terjadi.

 

Stephanie Rebecca/ Analyst Equity Research at Vibiz Research/VM/VBN
Editor: Jul Allens


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*