Jepang Baru Surplus Dagang Sejak Tragedi Fukushima

INILAHCOM, Tokyo – Jepang mencatatkan penurunan harga konsumen pertamanya dalam empat tahun terakhir. Pada 2016, negara dengan ekonomi terkuat ketiga di dunia ini mengalami deflasi.

Data pemerintah Jepang menunjukkan, harga pada 2016 turun sebesar 0,3% dibanding tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan melemahnya konsumsi rumah tangga  dan perlambatan kenaikan upah.

Pada Desember 2016, harga konsumen inti mengalami kenaikan. Kecuali harga makanan segar malahan longsor 0,2% sejak tahun lalu. Meski begitu, harga makanan segar jauh di atas ekspektasi analis yang sebesar 0,3%.

Namun, dalam 10 bulan berturut-turut ini, penurunan harga konsumen justru menjadi pukulan telak bagi pemerintah dan Bank of Japan. Lantaran ini menjadi kendala serius dalam upaya mengerek pertumbuhan ekonomi.

Sementara pada Rabu (25/1/2017), pemerintah Jepang mencatatkan surplus perdagangan pertama sejak bencana nuklir Fukushima yang terjadi pada 2011. Kala itu, tagihan impor energi dari sang Saudara Tua, melonjak tajam.

Angka perdagangan juga menunjukkan bahwa ekspor naik pada bulan Desember 2016 untuk pertama kalinya selama lenih dari satu tahun karena tinmgginya permintaan untuk onderdil dan semikonduktor buatan Jepang.

“Harga mungkin berubah positif karena taring energi mulai pulih, namun tidak akan ada kemungkinan menguatnya inflasi saat ini,” kata Hideaki Kikuchi, ekonom dari Jepang Research Institute dikutip dari Japan Today.

Untuk memerangi deflasi yang tengah terjadi, negara berjuluk Matahari Terbit ini, menerbitkan aturan pembatasan belanja bagi konsumen Jepang.

Akibatnya, masyarakat harus menunda recana pembelian yang berdampak kepada melambatnya laju bisnis. Sedangkan kebijakan ekonomi yang diusung PM Jepang Shinzo Abe atau yang dikenal dengan istilah Abenomics, masih saja belum bisa terlaksana sampai saat ini. [ipe]
   


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*