Jepang Alami Deflasi 8 Bulan Berturut

Harga konsumen Jepang jatuh untuk bulan kedelapan berturut-turut, membukukan penurunan terpanjang dalam lima tahun dan menggarisbawahi perjuangan negara untuk menghentikan deflasi.

Pada bulan Oktober, harga inti, tidak termasuk makanan segar turun 0,4 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu di tengah belanja konsumen lamban dan penurunan harga energi global, kata pemerintah Jumat (25/11).

Menurut data, penurunan Oktober adalah yang kedelapan berturut-turut, dan datang beberapa minggu setelah bank sentral negara itu telah mendorong kembali waktu untuk mencapai tujuan inflasi sekitar dua persen.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah memerangi penurunan harga, yang dikenal sebagai deflasi, sebagai tujuan utama pemerintahannya. Selama lebih dari dua dekade sekarang, pertumbuhan di ekonomi terbesar ketiga di dunia telah terhambat oleh tekanan deflasi pada harga, sehingga belanja konsumen yang lemah dan investasi tenang.

Setelah menjabat pada Desember 2012, PM Shinzo Abe meluncurkan program “abenomics” mendorong pertumbuhan pengeluaran besar, uang mudah dan reformasi struktural. Program ini melemahkan yen dan memicu rally pasar saham yang mendorong harapan untuk meningkatkan aktivitas ekonomi. Namun pertumbuhan tetap rapuh sementara inflasi jauh di bawah target.

Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda telah menyalahkan harga minyak mentah yang lemah sebagai penyebab di balik kelemahan. Awal bulan ini, bank sentral mengatakan, pihaknya akan mencapai dua persen inflasi pada Maret 2019, empat tahun kemudian dari target semula dan yang terbaru dalam serangkaian penundaan.

Doni/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center 
Editor: Asido Situmorang


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*