Jelang rapat OPEC, harga minyak merangsek naik

JAKARTA. Sepekan terakhir, harga minyak mentah menguat. Spekulasi hasil pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada 27 November 2014 menyebabkan harga minyak menghangat. Ada dugaan, OPEC bakal memangkas produksi minyak tahun depan.

Mengutip Bloomberg, Senin (24/11) pukul 15.30 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Januari 2015 di New York Merchantile Exchange (Nymex) naik 0,08% menjadi US$ 76,57 per barel. Sepekan, harga beringsut 1,2%.

Spekulasi muncul setelah Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh dikabarkan bertemu Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali Al-Naimi dan mengusulkan agar OPEC memangkas pasokan 1 juta barel per hari. Anggota OPEC merupakan pemasok sekitar 40 % minyak dunia. Di bulan Oktober lalu, mereka menghasilkan 30,97 juta barel per hari. Berturut-turut selama lima bulan terakhir, produksi OPEC melebihi kuota kolektif yang disepakati pada Januari 2012, yakni 30 juta barel per hari.

Kendati harga naik, Tonny Mariano, analis Harvest International Futures, melihat, harga minyak masih tertekan. Kenaikan harga karena spekulasi pemangkasan produksi. Kendati OPEC memangkas produksi, tidak akan sertamerta mengerek harga si emas hitam. Perlambatan ekonomi di kawasan Eropa dan Asia akan mempengaruhi permintaan komoditas. “Kalau permintaan melambat, harga sulit naik,” ujar Tonny. Harga cenderung konsolidasi menunggu hasil pertemuan OPEC.

Ekonomi China

Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis PT Monex Investindo Futures, menambahkan penurunan suku bunga pinjaman dan deposito Tiongkok turut mengangkat harga minyak. Pasar melihat, China serius mengatasi perlambatan ekonomi. “Kebijakan moneter ini diharapkan memperbaiki ekonomi China, sehingga permintaan minyak turut meningkat,” jelas Ariston.

Secara teknikal, Tonny bilang, harga minyak cenderung wait and see. Harga berada di bawah moving average (MA) 50 dan 100. Relative strength index (RSI) berada di level 40,71% mengindikasikan penurunan. Moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif 2,90, menyalakan sinyal harga masih tertekan.

Sementara indikator stochastic berada di level 73,86%, menunjukkan potensi penguatan. Sepekan ke depan Tonny memperkirakan, harga minyak bergulir di US$ 75.00-US$ 78.00 per barel. Sedangkan prediksi Ariston, harga bergerak di antara US$ 73,15–US$ 79.80 per barel.

Editor: Barratut Taqiyyah


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*