Isu tapering semakin memoles emas

Isu tapering semakin memoles emas

JAKARTA. Harga emas bakal makin kinclong. Pamor logam mulia sebagai safe haven bisa kembali terdongkrak, lantaran pemulihan  ekonomi Amerika Serikat (AS) tak sekuat ekspektasi. Laju penguatan harga emas pun diprediksi bakal berlanjut di pekan ini.

Asal tahu saja, data Bloomberg menunjukkan, pada Jumat (10/1), harga emas untuk kontrak pengiriman Februari 2014 di Bursa Comex-Nymex menanjak 1,42% dari hari sebelumnya, menjadi US$ 1.246,9 per ons troi. Bahkan, dalam sepekan terakhir, harga logam kuning ini pun tercatat naik sebesar 0,72%.

Akhir pekan lalu, AS merilis data tenaga kerja (nonfarm payrolls) per Desember 2013  turun drastis, dari 241.000 orang, menjadi 74.000 pekerja. Angka itu juga jauh di bawah harapan pasar, yaitu sejumlah 196.000 orang. Data itu mengecewakan pasar, sehingga dollar AS tertekan, dan berimbas positif pada harga emas. Padahal, di sisi lain, tingkat pengangguran AS dinyatakan turun dari 7% menjadi 6,7% pada Desember lalu.

Analis PT Millenium Penata Futures, Suluh Adil Wicaksono memprediksi, tren bullish harga emas masih akan berlanjut. “Sebab pasar menunggu hasil rapat The Fed pada Rabu (15/1),” paparnya.

Ia menduga, The Federal Reserve akan lebih berhati-hati mengambil kebijakan pengurangan stimulus (tapering) secara lebih agresif. Hal ini mengacu kurang bagusnya  data nonfarm payrolls AS. The Fed diperkirakan belum akan memangkas stimulus moneter menjadi US$ 15 miliar per bulan. Jika itu terjadi, harga komoditas, termasuk emas bisa terangkat lagi.

Tersokong China

Analis komoditas, Ibrahim melihat, pergerakan harga emas  juga akan disokong perayaan Tahun Baru Imlek. Secara historis, perayaan ini mampu mendongkrak permintaan emas. Tren kenaikan permintaan emas diprediksi masih berlanjut seperti tahun lalu, di mana China membukukan permintaan tertinggi sepanjang 2013. “Dalam jangka pendek, harga emas masih akan menguat. Namun secara jangka panjang, harga emas masih bisa melemah,” ujar Ibrahim.

Secara teknikal, Ibrahim menjelaskan, harga emas berada di level 60% di atas bollinger tengah. Posisi ini menandakan harga emas masih akan menguat. Indikator lainnya, moving average convergence divergence (MACD) terlihat wait and see. Relative strength index (RSI) berada di level 70%, dengan arah negatif.

Sementara stochastic berada di level 65% dengan arah positif. Ini menunjukkan penguatan hanya bersifat jangka pendek. Emas masih berpotensi terkoreksi.

Ibrahim memprediksi, hari ini, emas akan bergulir di US$ 1.237,50-US$ 1.264,70 per ons troi. Adapun, dalam sepekan, harga emas berpeluang ke US$ 1.228-US$ 1.275,70 per ons troi. Sementara, prediksi Suluh, pekan ini, harga emas bergerak antara US$ 1.220-US$ 1.248 per ons troi.

Editor: Dupla


Sumber: http://rss.kontan.co.id/v2/investasi

Speak Your Mind

*

*