Financeroll – Pada perdagangan Senin (1/9) nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta sore melemah sebesar tiga poin menjadi Rp 11.693 dibandingkan sebelumnya Rp 11.690 per dolar AS. Sentimen eksternal yang datang dari AS menahan mata uang rupiah berada di area positif di tengah data neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan surplus serta inflasi yang stabil. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound 40 poin di awal pekan. Investor asing kembali tempatkan dana di pasar modal. Pada awal perdagangan pagi tadi, IHSG naik 23,080 poin (0,45%) ke level 5.159,943 mengekor penguatan pasar global dan regional.
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia Juli 2014 surplus 123,7 juta dolar AS, yang merupakan selisih nilai total ekspor sebesar 14,18 miliar dolar AS dan total impor sebesar 14,05 miliar dolar AS. Sementara laju inflasi pada Agustus 2014 mencapai 0,47 persen atau lebih rendah dari inflasi Agustus 2013 yang tercatat 1,12 persen. Kurs Rupiah bergerak mendatar dengan kecenderungan melemah. Data ekonomi AS yang dirilis cukup positif, salah satunya jumlah pengangguran AS turun dari 7,3 persen menjadi 6,2 persen.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II tahun ini diekspektasikan meningkat 4,2 persen, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar 4 persen. Membaiknya data ekonomi AS akan mendorong kenaikan suku bunga AS (Fed rate) bisa lebih cepat. Sentimen Ukraina juga masih membebani laju mata uang rupiah untuk berada di area positif. Kecemasan krisis di Ukraina masih membuat mata uang negara-negara berkembang bergerak mendatar cenderung melemah, pasar juga sedang menanti kebijakan bank sentral Eropa (ECB) pada pekan ini.
Level mata uang rupiah di kisaran Rp 11.600 – Rp 11.700 per dolar AS masih cukup stabil. Masih adanya penjagaan Bank Indonesia di pasar membuat rupiah stabil. Potensi rupiah bergerak menguat cukup terbuka jika ada kepastian kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, dengan kebijakan itu maka ruang fiskal Indonesia dapat lebih lebar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Saat ini ruang fiskal Indonesia cukup sempit sehingga untuk mendorong ekonomi ke depan cukup sulit.
Dari bursa saham, menutup perdagangan Sesi I, IHSG menanjak 34,365 poin (0,67%) ke level 5.171,228 berkat penguatan saham-saham kelas berat, terutama saham perbankan. Aksi beli marak terjadi sejak pembukaan perdagangan. Pada akhir perdagangan IHSG ditutup bertambah 40,755 poin (0,79%) ke level 5.177,618. Sementara Indeks LQ45 ditutup tumbuh 10,908 poin (1,25%) ke level 880,104. Delapan sektor berhasil menguat, hanya sektor agrikultur dan konstruksi yang gagal menguat. Saham-saham bank kelas berat naik paling tinggi.
Transaksi investor asing hingga sore hari ini tercatat melakukan pembelian bersih (foreign net buy) senilai Rp 111 miliar di pasar reguler dan negosiasi. Perdagangan siang hari ini berjalan cukup sepi dengan frekuensi transaksi sebanyak 150.152 kali dengan volume 4,829 miliar lembar saham senilai Rp 3,419 triliun. Sebanyak 140 saham naik, 147 turun, dan 88 saham stagnan.
Sementara itu, bursa-bursa di Asia menutup perdagangan awal pekan dengan mixedcenderung menguat, hanya bursa Singapura yang melemah. Pelaku pasar regional memanfaatkan momentum rekor Wall Street semalam untuk aksi beli. Berikut situasi dan kondisi bursa-bursa regional sore ini: Indeks Nikkei 225 menguat 52,01 poin (0,34%) ke level 15.476,60, Indeks Hang Seng naik tipis 10,03 poin (0,04%) ke level 24.752,09, Indeks Komposit Shanghai bertambah 18,31 poin (0,83%) ke level 2.235,51, dan Indeks Straits Times berkurang 13,41 poin (0,40%) ke level 3,313.68. [geng]
—
Distribusi: Financeroll Indonesia
Speak Your Mind