Investasi Emas Paling Diminati di Tahun Monyet Api

New York -Investor emas tersenyum ceria hari ini. Harga emas telah naik 6% tahun ini menjadi US$ 1.127 ounce. Ini merupakan kinerja komoditas terbaik dan satu-satunya aset yang mencatatkan keuntungan besar di tahun ini.

Sebagai perbandingan, investasi di pasar saham di awal tahun ini masih belum mencatatkan keuntungan. Indeks Dow Jones merosot lebih dari 1.000 poin tahun ini, sementara indeks Nasdaq anjlok hingga 8%.

Hal ini bertentangan dengan emas. Harga emas cenderung naik dan bersinar di saat pasar saham mengalami tekanan.

Emas atau logam mulia dinilai sebagai salah satu instrumen investasi yang paling aman di saat kondisi perekonomian sedang tidak kondusif. Emas merupakan safe haven saat harga minyak jatuh, perlambatan ekonomi China dan ketidakpastian geopolitik, serta ketidakpastian pasar saham.

“Sebagaimana telah kita lihat pasar saham di seluruh dunia jatuh secara dramatis, dan emas telah mendapatkan manfaat dari itu (merosotnya harga saham),” kata Juan Carlos, Direktur Riset Investasi di World Gold Council, seperti dilansir CNN, Senin (8/2/2016).

Emas merupakan satu-satunya komoditas yang masih mencatatkan keuntungan di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat perlambatan ekonomi China, termasuk merosotnya harga minyak dunia.

Harga minyak anjlok 18% di tahun ini hingga mencapai US$ 26 per barel. Logam lainnya seperti tembaga dan paladium juga tercatat turun tajam. The Bloomberg Commodity Index juga tercatat turun, yang merupakan penurunan terendah sejak 1991.

“Emas adalah investasi yang paling tidak terpengaruh oleh perlambatan ekonomi global,” kata Axel Merk, pendiri Merk Investments, yang sekarang memegang sekitar 20% dari asetnya berupa emas.

Meski demikian, harga emas masih jauh di bawah saat tahun 2011, yang mencatatkan rekor tertinggi di US$ 1.900 per ounce. Tahun lalu, harga emas jatuh ke posisi terendahnya dalam 6 tahun di US$ 1.049 per ounce.

Emas jatuh di tahun lalu imbas dari kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan tingkat suku bunganya untuk pertama kalinya dalam waktu hampir satu dekade.

The Fed juga kemungkinan bakal menerapkan suku bunganya mendekati 0% yang akan menyebabkan inflasi tinggi. Hal itu buruk bagi emas, yang dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

Tapi sekarang, perdagangan emas kembali membaik. Namun, investor masih berjaga-jaga karena ada sinyal bahwa the Fed akan menaikkan suku bunganya hingga 4 kali di tahun ini.

“The Fed mungkin harus melakukan penurunan suku bunga setelah kenaikan suku bunga seperempat poin bersejarah tahun lalu,” kata Merk.

Tentu saja, jika the Fed jadi menaikkan tingkat suku bunganya 3 sampai 4 kali tahun ini, emas bisa terpukul.

Para ekonom menilai, salah satu harapan adalah permintaan yang kuat dari China dan India, dua konsumen terbesar emas, akan membantu meningkatkan harga emas 10% lebih tinggi menjadi US$ 1.250 per ounce di akhir tahun ini.

(drk/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*