Investasi Emas Masih Suram

Investasi Emas Masih Suram

TEMPO.CO, Jakarta – Belum pulihnya ekonomi global serta penguatan dolar Amerika Serikat (AS) membuat harga emas masih pada tren melemah.

Analis pasar komoditas dari PT Monex Investindo Futures, Albertus Christian, mengatakan prospek investasi emas masih berada pada tren bearish. Harga emas berbanding terbalik dengan dolar. “Kondisi pasar global yang memihak dolar membuat harga emas tergerus.”

Harga emas selalu turun-naik dalam kurun empat tahun terakhir, namun pada 2013, emas mengalami lonjakan turun paling parah. Pada akhir 2012, emas masih diperdagangkan pada level 1.655 per troy ounce. pada akhir 2013, harga emas telah merosot lebih dari 35 persen ke level 1.225 per troy ounce.

Biasanya, faktor-faktor yang mempengaruhi naik-turunnya nilai logam mulia adalah inflasi, harga komoditas, kurs dolar, serta naik-turunnya permintaan emas fisik. Anjloknya harga emas juga disebabkan investor melakukan pengalihan aset (switching) ke instrumen lain, seperti saham dan obligasi.

Menurut Albertus, inflasi global cenderung rendah, sehingga harga emas yang biasanya menjadi alat lindung nilai (hedging) dari ancaman inflasi harganya kini masih tertahan. Di sisi lain, menguatnya dolar AS terhadap mata uang dunia membuat harga emas dianggap mahal bagi investor di negara lain.

Dari dalam negeri, suku bunga yang tinggi membuat logam mulia kehilangan daya tarik. Orang pasti akan berpikir lebih baik memilih deposito atau saham ketimbang emas. “Menyimpan emas tidak mendapatkan added value apa-apa, padahal deposito mendapat bunga dan saham mendapat jatah dividen,” ujar Albertus.

Meski demikian, harga emas berpeluang naik karena faktor musiman. Biasanya menjelang hari raya, ketika pendapatan dan konsumsi masyarakat meningkat, dan ada kebutuhan untuk prestise.

PDAT | M. AZHAR


Sumber: http://www.tempo.co/rss/bisnis

Speak Your Mind

*

*