Inilah Kiat Singapura Abaikan Proteksionisme

INILAHCOM, Singapura – Singapura telah memasang bendera untuk mempromosikan perdagangan global. Kontras dengan apa yang dilihat sebagai “dark shift” ke arah proteksionisme di pasar negara maju lainnya.

Committee on the Future Economy (CFE) Singapura pada Kamis (9/2/2017) merilis laporan tentang rencana Singapura akan mengatasi tantangan dari pertumbuhan ekonomi stagnan sebagai industri kunci. Seperti perdagangan dan komoditas, perlambatan dan gangguan digital.

CFE didirikan tahun lalu untuk mengembangkan strategi mempersiapkan tenaga kerja untuk tantang ekonomi dan sosial. Termasuk gangguan digital dan penuaan populasi.

Komite yang berisi 30 orang dan diketuai Menteri Keuangan, Heng Swee Keat dan Menteri Perdagangan Industri, S. Iswaran, dan termasuk menteri kabinet, anggota parlemen dan para pemimpin bisnis. Laporan ini membentuk dasar untuk pernyataan anggaran Singapura akhir bulan ini.

Singapura, menjadi negara maju satu-satunya di kawasan Asia Tenggara. Tetapi negara ini telah lama berganung pada kerterbukaan terhadap perdagangan global dan berada di antara tantangan perekonomian negara. Keterlambatan laporan CFE ini dipengaruhi perkembangan politik terbaru Amerika dan Eropa.

“Hal yang paling mengkhawatirkan adalah dunia melihat dark shift dari globalisasi di tahun 2016. Tampaknya tidak lagi menentu dan kita telah berada di globalisasi besar yang tidak terhindarkan, lembaga multilateral yang kuat dan dunia yang saling terkoneksi,” isi laporan itu seperti mengutip cnbc.com.

“Sebaliknya, kita melihat politik pribumi dan ekonomi proteksionis tumbuh dalam kekuaa dan pengaruh Eropa dan Amerika. Tren anti globalisasi akan melemahkan perdagangan internasional, menyakiti semua negaranamun negara yang paling terbuka adalah negara kecil seperti Singapura, dengan dua pewrtiga dari domestik bruto (PDB) dihasilkan dari permintaan eksternal.”

Dengan mengacu keputusan Presiden Amerika Donald Trump bulan lalu untuk secara resmi menarik Amerika dati Trans Pasific Partnership (TPP), yang meninggalkan kedua belas negara blok Pasifik Rim dalam perdagangan bebas, termasuk Singapura. TPP yang dinegosiasikan pemerintahan Presiden Barack Obama namun belum disahkan oleh Kongres.

Trump juga berencana untuk menegosiasikan kembali North America Free Trade Agreement (NAFTA) yang diberlakukan sejak 1994, yang menghapuskan tarif pengiriman antara Amerika, Meksiko dan Kanada.

Setelah referendum tahun lalu, Inggris juga mulai bergerak untuk keluar dari blok Uni Eropa dan di Perancis pemimpin partai nasionalis Front National, Marine Le Pen yang bertentangan dengan Uni Eropa dan globalisasi telah mencalonkan diri sebagai presiden.

Bagaimanapun, CFE mengatakan masa depan negara tetap fokus pada pengembangan hubungan internasional. Meskipun dalam laporan sangat menekankan pada hubungan regional penting bagi pertumbuhan ekonomi masa depan.

“kita harus melawan ancaman meningkatnya proteksionisme. Singapura harus terus bekerja sama dengan partner.”

“Amerika dan Eropa terus memiliki perusahaan dan pekerja yang inovatif, yang bisa diajak bekerja sama. Kita juga telah melihat potensi yang kuat di pasar Asia, khususnya Asia Tenggara, China dan India, serta pasar di negara berkembang yang lebih jauh,” tulis laporan itu.

Hal ini terutama dipengaruhi kebangkitan kelas menengan dan urbanisasi di Asia.

“Kita tidak tahu industri mana yang akan berhasil, namun Singapura harus tetap terbuka untuk perdagangan, bakat dan ide-ide dan membangun kemampuan dalam negeri.”

Laporan ini menawarkan tujuh strategi, beberapa di antaranya adalah upaya yang sebelumnya telah diumumkan.

Termasuk hubungan dengan universitas dan luar negeri dan start up domestik serta kesempatan bagi siswa Singapura untuk belajar di luar negeri. Laporan ini juga menganjurkan untuk riset pasar yang lebih besar di seluruh wilayah, untuk memperdalam pengetahuan khusus dari pasar.

Laporan ittu mengutip dari industri dan bisnismegara ini yang berkembang di India, Indonesia dan Vietnam, serta proyek-proyek township di China.

Dalam apa yang bisa mewakili pergeseran budaya untuk menekankan Singapura pada Pendidikan, laporan ini menganjurkan untuk bergerak menjauh dari mengejar kemungkinan kualifikasi akademik tertinggi dan menuju pendidikan seumur hidup dan pelatihan.

Laporan ini juga ditargetkan untuk meningkatkan komersialisasi investasi pemerintah dalam penelitian dan pengembangan.

DFE juga menganjurkan untuk melanjutkan upaya Singapura untuk menjadi hub start up di wilayah tersebut, yang bertujuan untuk emndoronog kemitraan usaha kecil dan besar dan meningkatkan akses ke modal ventura.

Hal ini terutama disarankan untuk meningkatkatkan digitalisasi dan mendorong usaha kecil. Singapura telah menjadi pemimpin global dalaml memindahkan fungsi pemerintahan secara online. Akan tetapi, FE menyarankan untuk mengembangkan analisis data dan industri keamanan siber dan program ilmu data.

CFE juga menyarankan koneksi digital yang lebih besar dengan ekonomi lainnya serta konekasi infrastruktur yang lebih besar. Ini dikutip dari ekspansi lanjutan dari bandara negara serta proyek lainnya, termasuk kereta api berkecepatan tinggi antara Singapura dan Kuala Lumpur.

Mengembangkan kemampuan ekspor seperti penelitian pada kendaraan “self driving” dan teknologi air juga direkomendasikan oleh laporan CFE. [hid]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*