Inikah Tanda Perang Dagang AS-China Mulai

INILAHCOM, New York – Presiden Amerika, Donald Trump telah berulang kali memberikan kriitik pedasnya terhadap China.

Trump menuduh negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini mencurangi Amerika dengan mempertahankan mata uang artifisaial tetap lemah.

Namun sekarang pemerintahan Trump mungkin akan mengubah retorikanya ke dalam aksi, spekulasi dari tim yang dipimpin oleh Michael Spencer dari Deutsche Bank. Deutsche Bank memperkirakan pemerintahan Trump akan segera melabeli China sebagai manipulator mata uang dan merekomendasikan penalti.

Seperti halnya tarif pajak yang tinggi untuk setiap produk impor dari China kecuali jika China mau bernegosiasi untuk membantu rendahnya keuntungan perdagangan dengan Amerika.

Tim tersebut mengatakan bahwa langkah  itu bisa saja dimulai beberapa minggu mendatang. Biasanya, jenis keputusan ini dipersiapkan untuk laporan dua tahunan Departemen Keuangan pada praktik valuta asing dari mitra dagang utama. Laporan selanjunya baru akan keluar pada April mendatang.

Tim tersebut telah berpendapat bahwa Trump telah menunjukkan tekad untuk segera merealisasikan janji-janji kampanyenya, dan dengan agresif memerangi kebijakan perdagangan yang diduga tidak adil, dan bersikap tegas terhadap China adalah salah satu dari janjinya.

“Beberapa minggu ke depan, Presiden Trump atau Menteri Keuangan akan segera menyatakan China sebagai manipulator mata uang dan mengusulkan penalti termasuk tarif pajak unutk beberapa atau semua produk impor China kecuali China menghentikannya beserta dengan kebijakan perdagangan yang menguntungkan China lainnya,” kata Spencer dan timnya pada Selasa (6/2/2018).

Jadi harus menerima tuduhan Amerika, Spencer dan timnya tidak mengharapkan otoritas China untuk mendevaluasi Renminbi. Namun, kenaikan suku bunga yang akan dilihat sebagai pertahanan tradisional dari mata uang negara, bisa memberikan pertahanan lebbihi efektif dari mata uang.

“Pihak berwenang China mengisyaratkan  mereka akan merespon dengan tarian yang sebandung dengan yang Amerika lakukan,” kata ekonom.

Ini akan menciptakan perang dagang antar ekonomi terbesar pertama dan kedua di planet ini, yang tentunya akan berdampak luas.

China telah berusaha untuk mengontrol kecepatan yuan, yang juga dikenal sebagai renminbi, depresiasi sejak pertengahan tahun 2014, ketika dolar mulai cepat menguap terhadap sebagian besar rivalnya. Sejak pertengahan 2016, bank sentral negara itu telah berjuang hanya untuk menjaga nilai mata uang yang stabil terhadap perdagangan.

Untuk mencapa hal ini, pemerintah telah dipaksa untuk membalikkan upaya untuk meliberalisasi akun ibukota negara dan membuat renminbi lebih banyak tersedia. Negara ini telah melikuidasi sekitar seperempat dari cadangan mata uang asing, yang  jatuh di bawah US$3 truliun untuk pertama kalinya dalam kurun waktu hampir enam tahun di bulan Januari tahun ini.

Chinaberhasil menghindari cap sebagai manipulator mata uang pada masa kepemimpinan Presiden Obama. Terakhir kali negara itu mengutip Chinamenjadi manipulator matauang pada tahun 1994. NAun, China adalah salah satu dari enam negara yang perbendaharaannya berada dalam daftar pengawasan.

Dengan label sebagai manipulator mata uang, sebuah negara harus memenuhi tiga kriteria, yakni negara tersebut harus memiliki surplus perdagangan bilateral yang signifikan dengan Amerika. Negara tersebut harus memiliki surplus current account material, dan harus terlibat dalam intervensi persisten sepihak dalam mata uang pasar, menurut Departemen Keuangan Aerika.

Mata uang China telah menguat sekitar 26 persen terhadap dolar. Saat ini, mata uang yang diperbolehkan bergerak 2 persen di atas atau di bawah titik tengah yang ditetapkan oleh otoritas mata uang yakni bank sentral China. [hid]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*