Ini Kata Chatib Basri Soal Dolar yang Balik ke Kisaran Rp 11.000

Ini Kata Chatib Basri Soal Dolar yang Balik ke Kisaran Rp 11.000
Jakarta -Pagi tadi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat. Dolar AS makin jauh meninggalkan Rp 12.000, dari kemarin sore Rp 11.970 menjadi Rp 11.875.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan penguatan tersebut disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menurunkan impor. Terlihat pada jelang akhir tahun 2013, neraca perdagangan dilaporkan surplus yang kemudian menggiring kepada perbaikan defisit transaksi berjalan atai current account deficit (CAD).

“Penguatannya paling tajam rupiah. Karena memang datanya (NPI) paling baik dari yang diperkirakan oleh pasar. Sebetulnya sih karena mereka (pasar) nggak pernah percaya saja bahwa akan efektif policy-nya. Kalau dilihat lebih tenang masalahnya, itu setiap ekonomi kita slow down, CAD mengalami penurunan,” ungkapnya di kantor Kemenkeu, Jakarta, Jumat (14/2/2014).

Menurutnya pasar memang harus lebih tenang dalam menghadapi perekonomian global dan domestik. Kebijakan pemerintah pasti akan memberikan dampak positif dalam perbaikan neraca perdagangan. Meskipun melalui proses dalam beberapa waktu.

“Saya terus terang tidak menduga CAD-nya bisa di bawah 2% di triwulan IV. Perkiraan saya cad US$ 30 miliar, ternyata US$ 28 miliar. Jadi jauh lebih bagus dari diperkirakan. Ini juga membuat kemudian penguatan rupiahnya cukup tajam,” jelasnya

Chatib menuturkan ada periode defisit transaksi berjalan yang terjadi hampir sama setiap tahunnya. Di mana defisit memang akan selalu meningkat pada triwulan II dan kemudian menurun pada triwulan selanjutnya. Ini menurutnya sudah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Sehingga pasarnya harus lebih tenang.

“Lihat-Lihat saja sebelumnya makanya saya yakin karena itu sebelumnya. Tapi mereka, pasar, selalu menganggap ini akan makan waktu lama sekali,” sebutnya.

Selain itu rupiah juga mendapat sentimen positif dari perekonomian global. Tercatat tidak hanya rupiah, namun ini juga dialami oleh mata uang dari negara-negara berkembang lainya. Seperti Brasil, Afrika Selatan dan Turki.

“Saya kira di banyak emerging market juga mengalami penguatan di beberapa waktu terakhir. Kalau kita lihat di Brazilian real, Turkish lira, South African rand, itu juga ada perbaikan, jadi situasi globalnya mendukung,” ujar Chatib.

(mkl/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Sumber: http://rss.detik.com/index.php/finance

Speak Your Mind

*

*