Ini Cerita Level Terlemah Rupiah Sejak Krisis 1998

INILAHCOM, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah mencapai level terlemahnya sejak Agustus 1998. Rupiah anjlok 468 poin dibandingkan akhir pekan sebelumnya. Begini ceritanya.

Dalam sepekan terakhir, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah melemah 68 poin (0,54%) ke posisi 12.500 per dolar AS pada pekan yang berakhir Jumat, 19 Desember 2014 dibandingkan akhir pekan sebelumnya, 12.432 pada 12 Desember 2014.

Namum demikian, sepanjang pekan, rupiah mencapai level terlemahnya 12.900 per dolar AS pada 16 Desember 2014 yang merupakan level terlemah sejak krisis 1998. Angka tersebut, melemah 468 poin (3,76%) dibandingkan akhir pekan sebelumnya.

Reza Priyambada, kepala riset Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI) mengatakan, terdapat sentimen kembali meningkatnya harga minyak mentah dunia seiring dengan kembali meningkatnya tensi geopolitik di Libya dan aksi mogok pekerja tambang minyak di Nigeria. “Akan tetapi, hal itu belum signifikan mengimbangi masih berlanjutnya penguatan dolar AS,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (21/12/2014).

Akibatnya, lanjut dia, laju rupiah kembali kian tertekan. “Belum lagi, dengan masih adanya persepsi bahwa seolah-olah BI menyetujui pelemahan tersebut karena dianggap sudah sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia,” ujarnya.

Penilaian masih berlanjutnya peluang kenaikan BI rate dan penilaian maraknya jatuh tempo utang para korporasi turut menambah sentimen negatif. “Sentimen dari meningkatnya suku bunga Rusia menjadi 17% dari 10,5% secara tidak terduga dan terapresiasinya Yen setelah merespons masih turunnya harga minyak, tidak berimbas positif pada laju rupiah yang kian hari kian tertekan,” papar dia.

Meski pelemahan masih terjadi, dapat tertahan dengan adanya intervensi dari BI senilai Rp200 miliar melalui pembelian obligasi. “Kekhawatiran kami sebelumnya terhadap masih berlanjutnya pelemahan berhasil ditepis dengan menguatnya rupiah setelah melemah tajam sejak 11 Desember 2014 seiring dengan sentimen melonjaknya laju dolar AS,” tuturnya.

Tampaknya, kata dia, imbas intervensi BI tersebut cukup mampu membangkitkan persepsi positif terhadap rupiah. “Meski laju poundsterling, yuan, hingga yen cenderung melemah, tidak terlalu berimbas negatif pada laju Rupiah seiring spekulasi akan adanya intervensi dari Bank Indonesia,” ucap dia.

Tampaknya, lanjut Reza, hasil rapat the Federal Open Market Committee (FOMC) yang memberikan sinyal belum akan dinaikannya suku bunga The Fed memberikan angin segar bagi rupiah untuk dapat melanjutkan penguatannya. “Meski yuan China dan won Korea Selatan melemah, tidak menghalangi rupiah untuk dapat bergerak positif,” katanya.

Penguatan rupiah seiring juga dengan adanya sentimen positif tambahan dari penguatan poundsterling dan pernyataan BI yang dinilai cukup positif. “BI memberikan sinyal kepastian level yang akan dijaga, yaitu di level 11.900 hingga 12.300 per dolar AS,” imbuhnnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*