Ingin Yuan Mendunia, Tiongkok Harus 'Berkorban'

Jakarta -Mata uang Tiongkok, yuan, berpeluang untuk menjadi mata uang utama dunia menggusur dolar Amerika Serikat (AS). Namun untuk mewujudkan hal itu, Tiongkok harus rela ‘berkorban’.

“Ada beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah Tiongkok kalau ingin yuan menjadi mata uang internasional. Sederhananya begini, kalau yuan menjadi mata uang internasional, artinya uang itu harus dipegang oleh negara lain. Kalau nggak kan nggak bisa menjadi mata uang internasional. Kalau dipegang negara lain, itu berarti current account (transaksi berjalan) mereka harus defisit,” papar Chatib Basri, Menteri Keuangan, di Gedung Djuanda, Kantor Kemenkeu, Jakarta, Jumat (18/7/2014).

Defisit transaksi berjalan, lanjut Chatib, bisa terjadi ketika impor lebih besar dibandingkan ekspor. Dengan begitu, lebih banyak aliran yuan ke luar negeri. Namun saat ini Tiongkok merupakan negara eksportir nomor 1 dunia, setelah berhasil menyalip Jerman pada 2010.

“Kalau impor lebih besar dari pada ekspor, berarti negara lain mengekspor ke Tiongkok. Berarti mata uang Tiongkok dipegang banyak negara. Kalau misalnya Tiongkok surplus, berarti negara lain nggak pegang mata uang Tiongkok. Jadi, apakah Tiongkok bersedia yang menjadi negara yang current account-nya defisit?” jelasnya.

Selain harus mengorbankan transaksi berjalan, tambah Chatib, Tiongkok juga harus lebih terbuka terhadap arus keluar-masuk yuan. “Kalau yuan mau jadi mata uang internasional, dia harus fully comfortable. Berarti tidak ada lagi pembatasan capital di Tiongkok, uangnya bisa keluar-masuk dengan mudah,” terangnya.

Chatib sulit memperkirakan apakah Tiongkok bersedia melakukan dua hal tersebut. “Saya nggak tahu, tergantung pemerintah Tiongkok. Mau nggak melakukan liberalisasi di capital? Terus mau nggak current account-nya defisit? Kalau dia bersedia, itu bisa (yuan jadi mata uang utama),” paparnya.

Sebagai informasi, beberapa waktu lalu survei HSBC menyebutkan bahwa mata uang Tiongkok, yaitu yuan, pada masa yang akan datang mampu menguasai perekonomian dunia. Yuan berpeluang besar untuk menjadi mata uang utama, menggeser dominasi dolar AS.

Hasil survei HSBC menunjukkan bahwa ada 11 negara, misalnya Prancis dan Taiwan, yang mayoritas perusahaannya bertransaksi menggunakan mata uang yuan.

Survei dilakukan dengan responden 1.304 perusahaan dari berbagai negara yang melakukan bisnis dengan Tiongkok. Perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari 11 negara yang menjadi objek survei, yaitu Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, Singapura, Australia, Inggris, Jerman, Prancis, Uni Emirat Arab, Kanada, dan AS.

(mkl/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*