Info Obligasi, Harga SBN Menguat 0,35%, Peringkat MPPA idA+ dan Indofarma Turun ke Tingkat idBBB+

Info Obligasi, Harga SBN Menguat 0,35%, Peringkat MPPA idA+ dan Indofarma Turun ke Tingkat idBBB+

Pada Jumat lalu (14/2), harga surat berharga negara (SBN) menguat 0,35%, sedangkan harga obligasi korporasi melemah 0,16%. Selanjutnya, volume jual-beli SBN tercatat sebesar Rp 9,14 triliun Jumat lalu, mengecil dari Rp11,24 triliun pada Kamis (13/2). Namun, frekuensi transaksinya terkikis tipis menjadi 743 kali dari 745 kali.

Sementara itu, volume perdagangan obligasi korporasi meningkat dari Rp484 miliar pada Kamis lalu (13/2) menjadi Rp999,05 miliar pada Jumat kemarin (14/2). Akan tetapi, frekuensi perdagangannya terkikis dari 62 kali menjadi 58 kali.

Obligasi yang diperjual–belikan kemarin antara lain FR0071 (jatuh tempo 15/3/29; harga penutupan bursa 99,4; yield to maturity 9,07%), ORI010 (9/10/16; 100,5; 8,29%), Astra Sedaya Finance Berkelanjutan II Tahap II A (6/12/14; 100; 8,75%; rating idAA+), dan JPFA [1,505 30 (+2,0%)] Berkelanjutan I Tahap I (12/1/17; 98,8; 10,38%; idA).

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat idA+ untuk PT Matahari Putra Prima (MPPA) [2,150 5 (+0,2%)] beserta Obligasi III seri B dan idA+(sy)  untuk Sukuk Ijarah II dengan nilai total Rp188 milliar yang akan jatuh tempo pada 14 April 2014. Perseroan berencana menggunakan kas internal untuk membayar utang yang akan jatuh tempo tersebut. Hingga 30 September 2013, perseroan memiliki kas dan setara kas lebih dari Rp331 miliar yang dapat digunakan untuk membayar utang tersebut.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat PT Indofarma (INAF) [171 1 (+0,6%)] Tbk dan medium term notes (MTN) I tahun 2012 dari idA- menjadi idBBB+.

Penurunan peringkat tersebut didorong dari melemahnya marjin profitabilitas perseroan karena kenaikan biaya tenaga kerja dan naiknya biaya bahan baku mengikuti pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS. Selanjutnya, renovasi pada Februari sampai Juli 2013 menyebabkan gangguan ke fasilitas produksi perseroan, yang menyebabkan meningkatnya biaya pabrikasi.

Pelemahan profitabilitas perseroan telah menyebabkan kemerosotan financial leverage dan rasio proteksi arus kas perseroan. Pefindo juga merevisi prospek peringkat perseroan menjadi negatif dari stabil dengan ekspektasi kinerja keuangan perseroan dalam waktu dekat terus melemah jika perseroan tidak dapat menyesuaikan harga jual untuk mengimbangi kenaikkan harga bahan baku dan tidak dapat mencapai target penjualan.

Peringkat tersebut dapat diturunkan jika tidak ada pemulihan yang signifikan di profitabilitas, financial leverage, serta proteksi arus kas perseroan. Pefindo akan merevisi prospek peringkat tersebut menjadi stabil apabila perseroan mampu mengatur biaya produksi perseroan dan menyesuaikan harga jual produk tersebut yang akan memperbaiki kinerja keuangan perseroan.
(sp/JA/vbn)


(Sumber : http://vibiznews.com/feed/ )

Speak Your Mind

*

*