IMF peringatkan ekonomi global moderat dan tidak merata

Washington (ANTARA News) – Dana Moneter Internasional, Selasa, mengatakan bahwa ekonomi global masih moderat dan tidak merata, menggarisbawahi perbedaan pertumbuhan negara-negara utama dunia di tengah dampak berbeda-beda dari fluktuasi mata uang dan harga minyak yang lebih rendah.

Ekonomi global diperkirakan tumbuh 3,5 persen pada 2015, setara dengan perkiraan yang dibuat pada Januari. Tingkat pertumbuhan diperkirakan akan menjadi 3,8 persen pada 2016, pemberi pinjaman yang berbasis di Washington mengatakan dalam laporan dua kali setahun “World Economic Outlook” (WEO), lapor Xinhua.

Prospek mencerminkan peningkatan pertumbuhan di negara maju, tetapi diimbangi dengan penurunan pertumbuhan di negara-negara “emerging market” (negara berkembang pesat) dan negara-negara berkembang,

“Pertumbuhan global masih moderat, dengan prospek tidak merata di seluruh negara-negara utama dan kawasan … Beberapa negara maju dan beberapa pasar negara berkembang masih berurusan dengan warisan krisis, termasuk berlanjutnya kesenjangan output negatif dan tingginya utang swasta atau publik atau keduanya,” kata laporan itu.

Pertumbuhan di Amerika Serikat diproyeksikan akan mencapai 3,1 persen pada 2015, dengan permintaan domestik didukung oleh harga minyak yang lebih rendah, penyesuaian fiskal yang lebih moderat, dan berlanjutnya dukungan dari sikap kebijakan moneter akomodatif.

Kawasan euro sedang menunjukkan tanda-tanda meningkat, didukung oleh harga minyak yang lebih rendah, suku bunga rendah, dan melemahnya euro.

Setelah mengecewakan pada 2014, pertumbuhan di Jepang juga diproyeksikan akan meningkat, ditopang oleh pelemahan yen dan harga minyak yang lebih rendah.

Tiongkok diperkirakan akan melihat pertumbuhan moderat 6,8 persen pada 2015 dan 6,3 persen pada 2016. Tingkat pertumbuhan Tiongkok tercatat sebesar 7,4 persen pada 2014.

Gian Maria Milesi-Ferretti, wakil direktur IMF untuk penelitian, mengatakan pada konferensi pers bahwa pelambatan di Tiongkok mencerminkan transisi negara itu dari pertumbuhan yang dibangun di atas investasi yang boros di pabrik-pabrik dan real estat ke pertumbuhan yang lebih lambat tetapi lebih mantap dibangun di atas belanja konsumen Tiongkok. “Kami pikir itu adalah pelambatan yang baik untuk Tiongkok,” katanya.

Namun, laporan ini mencatat ekses sebelumnya di real estat, kredit dan investasi akan terus mengendur, serta implementasi atas reformasi struktural dan harga komoditas yang lebih rendah diperkirakan akan memperluas kegiatan yang didorong konsumen, sebagian penyangga pelambatan.

“Bagi Tiongkok, risiko utamanya adalah kegagalan untuk melaksanakan agenda reformasi guna mengatasi risiko keuangan, menyeimbangkan ekonomi dan tekanan sumber-sumber pertumbuhan baru,” kata laporan itu.

IMF memperingatkan distribusi risiko terhadap pertumbuhan global sekarang lebih seimbang dibandingkan dengan akhir tahun lalu, tapi masih miring ke sisi negatifnya.

Ketegangan geopolitik bisa meningkat, mengganggu pergeseran harga aset di pasar keuangan tetap menjadi sebuah kekhawatiran. Dolar yang lebih kuat bisa memicu ketegangan keuangan di tempat lain, dan risiko stagnasi serta inflasi yang rendah di negara maju masih ada, kata IMF.

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan pekan lalu bahwa pertumbuhan global tidak cukup baik untuk mengimbangi dampak berkepanjangan dari resesi besar, menyerukan negara-negara untuk mengambil langkah-langkah mencegah pertumbuhan sedang dari menjadi “realitas baru.”

WEO adalah laporan unggulan dari IMF. Laporan ini dirilis sebelum Pertemuan Musim Semi IMF dan Bank Dunia, yang dijadwalkan akan diadakan selama 17-19 April di Washington DC, mengumpulkan para gubernur bank sentral, menteri keuangan dan sarjana untuk membahas isu-isu ekonomi utama global dan tindakan kebijakan.

(T.A026)

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © ANTARA 2015


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Moneter

Speak Your Mind

*

*