INILAHCOM. Washington — Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan stabilitas keuangan global berisiko terganggu, dengan bahaya bergeser ke negara berkembang, akibat pinjaman perusahaan-perusahaan baru yang nyaris mencapai 2 triliun pound.
Dalam Laporan Stabilitas Keuangan Global terbaru, konselor keuangan IMF Jose Vinals mengatakan terjadi peningkatan stabilitas keuangan di negara maju. Di negara berkembang dan pasar yang baru muncul, stabilitas finansial menjadi tantangan karena pertumbuhan ekonomi mereka yang lambat dan berisiko terhadap stabilitas keuangan global.
Menurut laporan itu, selagi kredit ekspansi di negara-negara seperti China, Thailand, Turki, dan Brasil, kemampuan bank investasi di negara berkembang membentang tipis.
Penguatan dolar juga membuat situasi lebih buruk bagi bisnis yang berutang dengan mata uang asing, terutama sejak utang harus dibayar dalam mata uang nasional.
“Salah langkah kebijakan dan guncangan yang merugikan dapat mengakibatkan gejolak pasar global berkepanjangan, yang pada akhirnya menggagalkan pemulihan ekonomi,” ujar Vinals seperti dilaporkan The Telegraph.
“Risko utama bisa dekompresi dengan cara merusak, menyebabkan lingkaran setan firesales, dan lebih votalitas,” lanjutnya.
Laporan itu juga menyebut kinerja ekonomi China menjadi instrumen stabilitas pasar keuangan global. “Dapatkan China menghindari destabilisasi pasar selagi mencapai tujuannya” tanya IMF dalam laporan itu.
Harapannya adalah pertumbuhan ekonomi Cina berkelanjutan. Namun, IMF tetap khawatir pada kemampuan keuangan pemerintah dan bank-bank pasca krisis 2007 yang sangat mempengaruhi negara maju.
Sementara itu, pasar saham Asia di luar Jepang tetap positif sampai 7 Oktober, karena investor mengabaikan keputusan IMF merendahkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Penurunan cadangan devisa China juga tidak terlalu curam, seperti diperkirakan sebelumnya.
“Ini menambah momentum kemungkinan China tidak akan ‘meledak’ dalam waktu dekat,” ujar Chris Weston, analis pasar di IG Firm di Melbourne, Australia. “Mungkin ada beberapa sentimen negatif, untuk melepas ketegangan.”
Laporan IMF juga menyebutkan selagi negara maju menormalkan kebijakan moneter, negara berkembang harus siap menghadapi peningkatan kegagalan korporasi.
“Guncangan di sektor korporasi bisa melebar ke sektor keuangan dan menghasilkan lingkaran setan saat bank mengurangi pinjaman,” demikian laporan IMF.
“Penurunan pasokan pinjaman akan lebih rendah dari permintaan agregat dan nilai jaminan. Setelah itu terjadi pengurangan akses ke keuangan dan aktivitas, yang pada gilirannya meningkatkan kerugian di sektor keuangan,” demikian laporan IMF.
—
Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal
Speak Your Mind