Imbas Devaluasi Terhadap Harga Komoditas

shadow

Financeroll – China adalah konsumen terbesar  untuk komoditas dunia , terutama untuk komoditas  logam. Jadi keputusan mengejutkan negara panda untuk mendevaluasi yuan sekitar 1,9% terhadap dolar AS mengirimkan gelombang kejutan ke pasar komoditas pada sesi perdagangan Selasa dan Rabu.

Analis di Macquarie menawarkan sebuah penjelasan ringkas untuk apa yang terjadi. Menurut mereka, “Asumsikan bahwa harga logam dalam dolar AS adalah konstan, maka penurunan yuan terhadap dolar meningkatkan harga yuan terhadap logam itu. Ini akan  mendorong produsen Tiongkok  untuk memproduksi lebih banyak logam untuk konsumen Tiongkok yang kekuarangan pasokan dalam negeri. Jika produksi itu ditujukan juga untuk ekspor ke luar negeri, maka  ini akan menurunkan ‘harga  komoditas dunia karena akan menambah keberlimpahan pasokan.

Bagi investor yang  merindukan harga terendah komoditas, maka keputusan Tiongkok ini akan disambut dengan suka cita. Namun demikian, di luar efek mata uang, keputusan tersebut akan menimbulkan kekhawatiran atas keadaan ekonomi Tiongkok dan potensi permintaan komoditas untuk  masa mendatang. Minyak mentah mengambil terkapar pada sesi hari Selasa, mengirim West Texas Intermediate ke  harga penutupan terendah sejak Maret 2009.

Langkah ini menimbulkan kekhawatiran “bahwa perlambatan di Tiongkok  akan membuat pemerintah Tiongkok panik,” kata Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group.  Flynn melanjutkan, “Sementara harapan hanya akan muncul dari sisi ekspor karena godaan penguatan dollar. Hal ini diperkirakan kaan dilakukan banyak produsen untuk menutupi keuntungan yang semakin tipis.”

Langkah devaluasi ini juga dilihat sebagai langkah negatif  untuk logam industri, termasuk tembaga yang ditutup pada level terendah sejak Juli 2009. Mata uang yang lebih lemah akan membuat  impor juga menjadi lebih lemah, terutama untuk tembaga dan bijih besi, kata Jessica Fung, analis di BMO Nesbitt Burns, dalam sebuah catatan.

“Dari perspektif siklus komoditas, ini  akan mengenai  dua komoditas dimana telah terjadi  overalokasi modal  dan sekarang malah kelebihan pasokan” katanya. “Pada akhirnya, bagaimanapun, semua logam industri beresiko, termasuk  komoditas palladium, nikel, dan seng.” Di sisi lain, mata uang lemah berarti ekspor lebih kuat, yang berarti pengiriman baja  dan aluminium Tiongkok cenderung terus tumbuh dan ikut memenuhi pasokan dunia yang sudah berlimpah.

Disisi lain, logam kuning atau berhasil sedikit menghindar setelah devaluasi karena terpantau naik sedikit pada Selasa kemaren. Analis mengatakan prospek devaluasi lebih lanjut mungkin sudah cukup untuk memacu beberapa pembelian oleh investor Tiongkok dan para pengguna di tengah kekhawatiran bahwa logam akan mengikuti harga lokal. Aksi beli Safe  Haven dalam menghadapi gejolak keuangan boleh jadi adalah salah satu faktor pendukung mengapa harga emas cukup kokoh, kata para analis.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*