IHSG Meroket, Rupiah Terkoreksi

INILAHCOM, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah terkoreksi 0,22% seiring rilis data ekonomi China dan Jepang yang di bawah estimasi pasar. Padahal, laju IHSG melambung.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia, dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah 26 poin (0,22%) ke posisi 11.421 per 14 Maret 2014 dibandingkan akhir pekan sebelumnya, 7 Maret di angka 11.395 per dolar AS.

Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities mengatakan, laju nilai tukar rupiah melemah tipis sepanjang pekan kemarin. “Berbeda dengan laju IHSG yang melesat ke zona hijau sepanjang pekan,” katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Minggu (16/3/2014).

Di awal pekan, lanjut dia, rupiah kembali terkoreksi setelah mengalami kenaikan sepanjang pekan sebelumnya. “Pelemahan tersebut di antaranya terimbas pelemahan Yuan dan Yen seiring data-data makroekonomi keduanya yang dirilis di bawah estimasi dari pelaku pasar,” ujarnya.

Selain itu, sempat dirilis data nonfarm payrolls AS yang cukup positif sehingga memberikan ruang bagi terapresiasinya dolar AS. “Rupiah pun sebagai mata uang soft currency terkena imbas pelemahannya,” tandas dia.

Laju nilai tukar rupiah berbalik menguat seiring berbalik menguatnya nilai tukar yen Jepang yang diikuti penguatan mata uang emerging market lainnya seiring ekspektasi bank sentral akan menaikkan suku bunganya. “Di sisi lain, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan emerging market juga berimbas pada penilaian pelaku pasar terhadap BI rate sehingga membuat laju nilai tukar rupiah menguat,” papar dia.

BI menandatangani kerja sama Bilateral Currency Swap Arrangement (BSCA) dengan Korea Selatan senilai Rp115 triliun (10,7 triliun won korea). Ini memungkinkan penggunaan rupiah dan won dalam transaksi perdagangan internasional antar kedua negara sehingga turut menambah sentimen positif.

Setelah mengalami kenaikan, laju nilai tukar rupiah kembali terkoreksi setelah terimbas pelemahan Won dan dolar Australia karena merespons data ekonominya yang kurang baik. “Berbalik menguatnya Yen karena memanfaatkan kurang kondusifnya sentimen di Asia turut memberikan dampak pelemahan bagi laju rupiah,” tutur dia.

Berbeda dari biasanya, pasca rilis BI rate yang dipertahankan di level 7,50% dan diiringi rilis lending facility rate di level 7,5% dan deposit facility rate sebesar 5,75%, laju rupiah kembali rebound. “Dengan tetapnya BI rate, pelaku pasar mengasumsikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat lebih dipacu. Terutama, dari sisi penyaluran kredit di mana sebelumnya sempat terjadi perlambatan pertumbuhan,” ungkap dia.

Selain itu, adanya penilaian terjadinya peralihan dana investasi ke Indonesia mengingat belum cukup pulihnya kondisi global dan ditambah dengan masalah di Ukraina-Rusia memberikan tambahan sentimen positif bagi rupiah. “Namun, di akhir pekan, kembali melemah setelah hampir mendekati target resisten 11.360 per dolar AS,” imbuhnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*