IHSG Coba Keluar dari Trump Effect

INILAHCOM, Jakarta – Secara teknikal, kondisi IHSG memang terlihat tidak terlalu bagus. Setelah gagal menembus area resisten kuat di 5480, IHSG malah turun menembus ke bawah support 5296, dengan volume transaksi yang meningkat. Indikator teknikal Stochastic bergerak turun, sedangkan MACD telah death cross.

Menurut praktisi pasar modal, Stefanus Mulyadi Handoko, dari kondisi ini menunjukan bahwa IHSG berpeluang melanjutkan penurunannya dalam jangka pendek. “IHSG berpotensi menguji area support 5.128 pada pekan ini, dengan resistennya berada di 5.296,” jelasnya Minggu (13/11/2016).

Pada akhir pekan kemarin IHSG ditutup melemah tajam 218,34 poin (-4,01%) ke level 5.231,97, terseret oleh pelemahan rupiah.  Investor asing pun melakukan aksi jual sekitar Rp3 triliun di pasar reguler. Akibat penurunan tajam pada akhir pekan, IHSG membukukan kinerja negatif sepanjang pekan kemaren dengan turun sebesar -2,44% dan diikuti oleh keluarnya dana asing sebesar Rp7,97 triliun di pasar reguler.

Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, membuat Ekonomi Global diperkirakan makin tidak pasti. Padahal uncertainty atau ketidakpastian di market, adalah hal yang paling tidak disukai oleh para investor.

Beberapa kebijakan Trump yang dilontarkan selama kampanye, cenderung akan membawa ekonomi AS lebih tertutup dan cenderung proteksionis. Saat berkampanye, Trump pernah berjanji untuk membatalkan trade agreement yang merugikan AS dan mengenakan tarif masuk pada barang impor.

Kebijakan proteksionis Trump ini dinilai investor akan memberikan dampak positif di dalam negeri AS. Namun  memberikan dampak negatif pada negara lain, karena akan merugikan negara pengekspor seperti Indonesia.  

Selain itu, kebijakan Trump lainnya yang berniat meningkatkan belanja infrastruktur diperkirakan akan membuat inflasi AS naik, sehingga akan mendorong kenaikan Fed rate lebih cepat. Hal inilah yang mendorong investor asing keluar dari Indonesia dan  membuat Rupiah sempat anjlok ke level 13.800/USD pada Jum’at lalu, sebelum akhirnya di tutup di kisaran 13.365/USD di akhir pekan.

Pasar saham negara emerging market kompak melemah pada pekan lalu pasca pemilu AS, tapi yang paling parah turunnya memang Bursa Efek Indonesia. Ada yang bilang bahwa pelemahan Rupiah, anjloknya IHSG dan kaburnya investor asing, karena kekhawatiran akan kondisi politik Indonesia kurang kondusif seiring berita bahwa akan ada aksi demo besar lanjutan pada tanggal 25 November nanti.

“Saya sendiri tidak mau berandai-andai. Untuk sementara pelemahan Rupiah dan anjloknya IHSG saya perkirakan karena Trump Effect dan antisipasi kenaikan fed rate pada bulan desember yang makin menguat. Pelemahan ini akan berakhir nanti setelah mencapai titik keseimbangan baru dan stabilisasi pasar mulai terbentuk,” paparnya.

“Saya juga berharap aksi demo tanggal 25 November nanti jika terjadi, akan berakhir damai. Selama kondisi Indonesia aman, maka penurunan atau koreksi yang terjadi akan menemukan titik bottomnya dan akan berangsur-angsur membaik lagi, seperti koreksi-koreksi yang pernah terjadi setiap tahunnya.”
 


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*