IHSG Berpotensi Melemah

Jakarta -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir pekan lalu menipis 10 poin di tengah perdagangan yang sepi. Investor asing kembali melepas saham-saham unggulan.

Mengakhiri perdagangan akhir pekan, Jumat (6/11/2015), IHSG ditutup turun tipis 10,681 poin (0,23%) ke level 4.566,552. Sementara Indeks LQ45 ditutup memelah tipis 3,185 poin (0,40%) ke level 783,829.

Wall Street berakhir datar menutup perdagangan akhir pekan. Data tenaga kerja AS yang naik cukup tinggi menjadi sinyal suku bunga The Federal Reserve (The Fed) bisa naik dalam waktu dekat.

Pada penutupan perdagangan Jumat waktu setempat, Indeks The Dow Jones naik 46,9 poin (0,26%) ke level 17.910,33, Indeks S&P 500 kehilangan 0,73 poin (0,03%) ke level 2.099,2 dan Indeks Komposit Nasdaq bertambah 19,38 poin (0,38%) ke level 5.147,12.

Hari ini IHSG diperkirakan akan bergerak negatif mengikuti koreksi pasar global pekan lalu. Arus dana asing berpotensi mengalir keluar atas kekhawatiran naiknya bunga The Fed.

Pergerakan bursa-bursa di Asia pagi hari ini:

  • Indeks Nikkei 225 melonjak 301,56 poin (1,57%) ke level 19.567,16.
  • Indeks Straits Times turun 6,67 poin (0,22%) ke level 3.003,80.

Rekomendasi untuk perdagangan saham hari ini:
OSO Securities
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup akhir pekan kemarin (6/11) dengan melemah tipis 0.23% atau 10.68 poin ke level 4,566.55. Sebelumnya di awal sesi perdagangan IHSG sempat menunjukkan pergerakan positif dimana indeks sempat menyentuh level 4,601.76. Jumat kemarin asing membukukan net sell sebesar Rp 53.86 miliar. Meski dinilai cukup kecil, namun aksi profit taking yang dilakukan para investor asing masih menjadi bayang-bayang penyebab jatuhnya IHSG ke zona merah. Selain itu, negatifnya mayoritas indeks sektoral juga menambah IHSG semakin tertekan dimana sektor basic industry mengalami pelamahan paling dalam yakni turun sebesar 1.07%. Hanya tiga sektor yang ditutup di teritori positif yaitu sektor misc industry, manufaktur dan consumer. Pergerakan IHSG masih terbilang rentan di tengah data GDP Growth Indonesia yang masih di bawah konsensus. Selain itu, kabar kenaikan Fed Rate yang akan dinaikkan bulan Desember mendatang membuat para investor lebih cenderung menahan diri untuk lebih agresif dalam melakukan transaksi.
Sementara indeks Nikkei naik pada Jumat kemarin didorong nilai mata uang yen yang melemah ditengah penantian data pekerjaan AS. Nikkei naik sebesar 0.78%. Selain itu, indeks Shanghai juga naik 1.91%.

Mayoritas indeks utama di bursa Wall Street mengalami penguatan dimana indeks Dow Jones naik 0.26% dan Nasdaq naik 0.38%. Penguatan terjadi dibantu oleh rilisnya data nonfarm payrolls bulan Oktober yang meningkat dari sebelumnya 137K menjadi 271K, serta data unemployment rate bulan Oktober yang juga membaik menjadi hanya 5% dari 5.1%. Positifnya beberapa data ekonomi AS semakin membuat The Fed optimis akan menaikkan suku bunga di bulan Desember mendatang.
Inline dengan bursa AS, dua dari tiga indeks utama di bursa Eropa juga menguat dimana indeks CAC 40 dan DAX masing-masing mencatatkan kenaikan sebesar 0.08% dan 0.92%. Sementara indeks FTSE 100 melemah sebesar 0.17%.

Kami memperkirakan IHSG akan bergerak mixed dengan kecenderungan flat seiring dengan rilisnya beberapa data ekonomi AS yang membaik membuat pemimpin The Fed semakin yakin akan menaikkan suku bunganya bulan Desember mendatang. Secara teknikal, indikator Momentum dan RSI melemah. Sedangkan Stochastic Oscillator masih bergerak naik. Kami prediksikan IHSG akan bergerak di kisaran 4520-4610.

First Asia Capital
Perdagangan saham akhir pekan lalu berlangsung bervariasi. IHSG bergerak dalam rentang terbatas 38 poin namun gagal tutup di teritori positif. IHSG akhirnya tutup koreksi tipis 10,681 poin (0,23%) di 4566,552. Perdagangan berlangsung kurang bergairah dengan nilai transaksi di Pasar Reguler hanya Rp2,88 triliun jauh menurun dibandingkan rata-rata harian selama sepekan Rp3,82 triliun. Sentimen negatif yang mendorong koreksi indeks adalah data cadangan devisa Indonesia akhir Oktober lalu yang turun USD1 miliar menjadi USD100,17 miliar.

Dari eksternal, pasar masih menghadapi kekhawatiran keluarnya arus dana asing dari pasar emerging market menjelang akhir tahun ini setelah The Fed memberikan sinyal kenaikan tingkat bunga seiring data-data ekonomi AS yang keluar mendukung kenaikan tingkat bunga. Akhir pekan lalu angka kesempatan kerja di AS sepanjang Oktober bertambah 271 ribu di atas perkiraan 180 ribu dan bulan sebelumnya 137 ribu. Tingkat pengangguran di AS Oktober lalu turun menjadi 5% dari bulan sebelumnya 5,1%.

Merespon hal tersebut, indeks DJIA akhir pekan lalu naik tipis 0,26% di 17910,33. Dilihat sepekan IHSG menguat 2,5% setelah pekan sebelumnya koreksi 4,25%. Sedangkan rupiah atas dolar AS menguat 0,65% di Rp13550. Sentimen pasar yang menggerakkan IHSG sepekan kemarin terutama berasal dari sentimen domestik menyusul rendahnya tingkat inflasi Oktober, penguatan rupiah atas dolar AS, dan prospek penurunan tingkat bunga. Sedangkan dari eksternal, pasar digerakkan dengan sentimen stimulus China dan zona Euro dan kekhawatiran kenaikan tingkat bunga The Fed akhir tahun ini.

Pada perdagangan awal pekan ini, IHSG diperkirakan bergerak bervariasi cenderung melemah menyusul meningkatnya resiko capital outflow seiring rencana kenaikan tingkat bunga The Fed akhir Desember ini. IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 4510 dan resisten di 4590.

(ang/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*