Harga minyak turun setelah data AS lemah serta kesaksian Yellen

Harga minyak turun setelah data AS lemah serta kesaksian Yellen

New York (ANTARA News) – Harga minyak turun pada Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor mencerna data AS yang lebih lemah, kesaksian tak mengejutkan Ketua Federal Reserve Janet Yellen kepada Kongres dan meningkatnya ketegangan di Ukraina.

Kontrak utama minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, turun 19 sen menjadi berakhir pada 102,40 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.

Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan April menetap di 108,96 dolar AS per barel, turun 56 sen dari penutupan Rabu.

Kontrak acuan AS diperdagangkan lebih rendah setelah beberapa data lebih lemah dari perkiraan ditambahkan ke indikator-indikator lemah tentang ekonomi AS, dan tetap turun setelah kesaksian Yellen kepada Komite Perbankan Senat.

Klaim pertama kali untuk manfaat asuransi pengangguran, tanda kecepatan PHK, naik minggu lalu dan pesanan baru untuk barang manufaktur tahan lama turun 1,0 persen pada Januari.

Sementara Yellen mengatakan bahwa badai musim dingin yang hebat dalam dua bulan terakhir telah menjadi salah satu penyebab data ekonomi AS lebih lemah baru-baru ini.

“Apa yang perlu kita lakukan dan akan lakukan di minggu-minggu ke depan adalah mencoba untuk mendapatkan penanganan lebih tegas tentang berapa banyak tepatnya data lemah dapat dijelaskan oleh cuaca dan berapa porsinya, jika ada, sehingga prospek lebih lemah,” katanya kepada anggota parlemen.

Analis mengatakan tidak ada kejutan besar dalam kesaksian Yellen, yang menekankan Fed akan terus mengurangi program pembelian aset 65 miliar dolar AS, kecuali ada perubahan yang signifikan terhadap prospek ekonomi.

Sementara itu, pasar terus mengawasi krisis di Ukraina, di mana presiden pro-Moskow yang digulingkan, Viktor Yanukovych, muncul pada Kamis dari lima hari bersembunyi ketika pemimpin baru negara itu mengeluarkan peringatan tanpa basa basi kepada Rusia terhadap setiap agresi di semenanjung Crimea yang sedang bergejolak.

Pemerintah Barat cemas menyuarakan kekhawatiran tentang situasi “berbahaya” di Crimea setelah puluhan orang bersenjata berseragam tempur pro-Kremlin menyita gedung-gedung pemerintah di republik otonom dan meminta Moskow tidak meningkat ketegangan.

“Kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi di China menekan Brent lebih rendah, ketika secara umum terjadi penghindaran risiko di Eropa karena meningkatnya ketegangan di Crimea,” kata Addison Armstrong, kepala riset pasar di Tradition Energy.


Sumber: http://www.antaranews.com/rss/ekonomi-bursa

Speak Your Mind

*

*