Harga Minyak Tumbang, Peluang Bagi Asia?

Jakarta -Berlebihnya pasokan minyak, kembali membuat harga minyak mentah dunia turun sebesar 3% ke level US$ 31,35 per barel pada Senin (25/1/2016).

Fundamental sektor energi unggulan itu masih bearish dan membawa kekhawatiran secara global.

Namun, bagi negara berkembang terutama di Asia (termasuk Indonesia) justru ada sisi positifnya. Apa saja dampak positifnya?

Fundamental Minyak Masih Bearish

Beberapa fakta tentang kondisi harga minyak saat ini menunjukkan, fundamental minyak masih bearish meski sempat rebound.

Harga minyak turun 3% pada Senin (25/1/2016) akibat Irak mengumumkan rekor tertinggi supplai produksi minyaknya ke pasar. Akibatnya, terjadi kelebihan pasokan dan harga komoditas unggulan global itu kembali tertekan.

Minyak mentah Brent sebagai acuan harga global turun 83 sen ke US$ 31,35 per barel pada 12:47 GMT, turun 2,6 % dari harga penutupan pada Jumat akhir pekan kemarin, ketika minyak mentah Brent sempat melesat naik 10%.

Kementerian minyak Irak menyebut produksi minyak pada Desember telah mencapai rekor tertinggi. Produksi di kawasan bagian tengah dan selatan negara itu sebanyak 4,13 juta barel per hari. (Sumber Reuters, 25 Januari 2016).

Bahkan, seorang pejabat senior minyak Irak mengatakan negaranya dapat meningkatkan produksi lebih tinggi lagi pada tahun ini. Hal ini akan terus menekan pasar karena harganya berpotensi lebih murah lagi. Tak ayal, kabar dari Irak itu menyebabkan volatilitas tajam di pasar minyak.

Gubernur Indonesia untuk OPEC mengatakan, dukungan antar Organisasi Negara Pengekspor Minyak untuk mengambil tindakan dalam menopang harga minyak mentah masih minim. Hanya ada satu negara yang mendukung rencana pertemuan darurat itu.

Meski begitu, ada optimisme bahwa harga situasi saat ini akan bermuara pada terbentuknya keseimbangan baru atas harga minyak dunia. Sebab permintaan tetap akan terus meningkat.

Bank investasi AS, Goldman Sachs, mengatakan bahwa produksi minyak sebaiknya berkurang 95.000 barel per hari pada tahun 2016.

Harga Minyak Rendah Menguntungkan Asia?

Selama 18 bulan terakhir, harga minyak mentah memang jatuh. Banyak investor khawatir situasi ini akan semakin berdampak negatif termasuk ke pasar di negara berkembang secara keseluruhan.

Namun, di balik itu sebenarnya ada negara-negara yang terbuka peluang/sisi positif bagi negara-negara di Asia untuk meraih manfaat besar dari rendahnya harga minyak sekarang.

Mengapa? Sebab negara-negara Asia merupakan konsumen besar bagi komoditas minyak. Indonesia termasuk di dalamnya sebagai negara pengimpor untuk kebutuhan masyarakat dan negara.

Negara-negara seperti India, Thailand, dan Korea Selatan adalah negara yang semestinya meraih imbas positif atas lemahnya harga minyak mentah saat ini.

Apa saja dampak positif dari melemahnya harga minyak bagi negara-negara Asia?

Termasuk mendorong pelonggaran moneter karena membuka peluang bank sentral menurunkan level suku bunga.

Ketika biaya untuk energi lebih rendah, maka tingkat inflasi pada umumnya cenderung turun. Saat angka inflasi berkurang, maka gap dengan suku bunga acuan jadi melebar. Saat itu lah terbuka peluang agar suku bunga acuan diturunkan.

Penurunan suku bunga membawa berkah bagi sektor konsumsi karena daya beli biasanya langsung meningkat. Maka perekonomian akan bergerak lebih cepat.

Secara makro, pengeluaran fiskal juga bisa lebih ringan. Biaya subsidi berkurang. Maka semestinya posisi fiskal bisa meningkat.

Bagaimana dengan Indonesia? Simak dalam artikel berikutnya esok 27 Januari 2016.

Semoga artikel hari ini dapat bermanfaat dan salam profit! Twitter @pakarsaham, Fanpage: on.fb.me/ellen_may

(drk/drk)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*