Harga minyak menuju penguatan

JAKARTA. Harga minyak mentah memasuki reli penguatan terpanjangnya sejak Agustus 2014 lalu. Setelah menyentuh level terendah hampir enam tahun pada Rabu (28/1) lalu di US$ 44.45 per barel, harga minyak terus menanjak. Salah satu pendukungnya adalah mogok kerja pekerja tambang minyak di Amerika Serikat sejak Sabtu (31/1) kemarin.

Mengutip Bloomberg, Selasa (3/2) pukul 16.50 WIB, harga minyak kontrak pengiriman Maret 2015 di New York Merchantile Exchange naik 3% di level US$ 51,07 per barel dibanding hari sebelumnya. Sedangkan dalam sepekan terakhir harga minyak telah melesat 10,5%.

Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures menjabarkan bahwa kenaikan yang terjadi pada harga minyak karena didukung oleh penahanan produksi yang dilakukan beberapa perusahaan minyak di AS. Ini dilakukan setelah melihat kejatuhan harga minyak yang terjadi di pasar saat ini.

“Istilahnya sedang dilakukan penyesuaian supply dan demand,” tambah Nizar. Selain itu juga, penguatan didukung oleh rebound technical. Karena secara fundamental belum ada perubahan dari apa yang terjadi akhir-akhir ini.

Faisyal, Analis PT Monex Investindo Futures melihat saat ini pemogokan yang dilakukan oleh pekerja eksplorasi minyak di AS turut mempengaruhi penguatan yang terjadi.

Pemogokan dilakukan oleh 30.000 pekerja minyak di AS pada Sabtu (31/1). kontrak yang diajukan oleh perusahaan minyak ditolak oleh serikat pekerja. Pokok terpenting yang menjadi permasalahan adalah persoalan kesehatan dan ketersediaan lebih banyak pekerja.

Serikat pekerja AS menyerukan pemogokan di sembilan kilang minyak AS yang mana tujuh diantaranya merupakan penyumbang 10% kapasitas minyak di negara paman sam tersebut. Diperkirakan pemogokan ini akan mengganggu 64% stok minyak untuk bahan bakar di AS. Keadaan ini yang mendorong spekulasi terjadi di pasar dan harga minyak pun terbang.

Nizar menduga untuk hari ini pergerakan harga minyak bergantung pada rilis data cadangan minyak AS. Pasalnya rilis data minggu lalu menunjukkan bahwa cadangan minyak AS di level 402 juta barel merupakan rekor tertinggi sejak Agustus 1982.

“Tapi ya tidak bisa berharap banyak kepada pengurangan cadangan minyak AS yang drastis,” tambah Nizar. Namun jika memang penurunan cadangan terjadi, peluang harga minyak untuk melanjutkan penguatan terbuka. Jika sebaliknya cadangan masih tinggi, harga minyak akan segera koreksi.

Menurut Nizar posisi harga minyak saat ini masih sangat rentan. Peluang koreksi terbuka lebar. “Kalau turun tidak tajam, begitu pun kalau naik,” papar Nizar.

Namun Faisyal menilai harga minyak masih dapat menguat tipis hari ini. Karena data permintaan pabrik AS bulan Desember 2014 diprediksi menurun yakni minus 1,8% dibanding bulan November 2014 di minus 0,7%. “Dari sisi pabrik jadi bukan liat index dollarnya, tapi pengaruhnya ke permintaan minyak,” kata Faisyal.

Editor: Yudho Winarto


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*