Harga Minyak Mentah Naik, IHSG Diperkirakan Menguat

Jum’at, 29 Januari 2016 | 07:59 WIB

Pekerja membongkar kapal bermuatan minyak sawit mentah (crude palm oil) di Pelabuhan Cilincing, Jakarta, 18 Januari 2016. Harga CPO bergerak menguat pada perdagangan Senin (18/1/2016) di bursa komoditas Malaysia hingga menyentuh level Rp7,68juta/ton. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta – Analis Ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto mengatakan naiknya harga minyak mentah di angka US$ 32,5 per barel akan mendorong kembali saham-saham sektoral yang berbasiskan komoditas, sehingga Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG berpeluang melaju di zona hijau.

“IHSG berpeluang melanjutkan tren penguatannya, diperkirakan bergerak di 4580 hingga 4640 seiring redahnya resiko pasar saham global dan kawasan,” kata David Sutyanto dalam siaran tertulisnya, Jumat 29 Januari 2016.

Pada perdagangan kemarin, setelah bergerak fluktuatif dalam rentang terbatas, IHSG berhasil tutup di teritori positif menguat 19,201 poin atau 0,4 persen di 4602,829. Ini untuk pertama kalinya IHSG tutup di atas 4600 sejak perdagangan 7 Januari lalu.

Nilai transaksi di pasar reguler kemarin meningkat mencapai Rp 4,1 triliun dibandingkan rata-rata harian sepanjang Januari ini yang hanya Rp 3,74 triliun. Menurut David, Pergerakan IHSG kemarin sejalan dengan pergerakan pasar saham emerging market di Asia yang menyambut positif putusan The Fed malam sebelumnya yang menahan tingkat bunga FFR pada level saat ini di 0,5 persen.

Harga minyak mentah juga kembali menguat dalam rentang terbatas di US$ 32,5 per barel. Penguatan kembali harga minyak mentah telah mengangkat kembali pergerakan saham sektor tambang dan perkebunan.

Pada penutupan perdagangan di Wall Street tadi malam indeks DJIA dan S&P masing-masing juga menguat 0,8 persen dan 0,6 persen tutup di 16069,64 dan 1893,36. Penguatan terutama ditopang saham sektor energi menyusul rebound harga minyak mentah.

Di Amerika Serikat, harga minyak mentah tadi malam menguat 4,64 persen di US$ 33,80 per barel. Kata David, penguatan itu karena beredarnya berita Arab Saudi (OPEC) yang mengusulkan ke Rusia mengurangi produksi 5 persen untuk meredam tekanan harga minyak mentah.

Selain saham sektor energi, penguatan saham di Wall Street turut ditopang sejumlah berita positif individual terutama menyangkut pencapaian laba 4Q15 seperti saham Facebook yang naik 15,5 persen dan Amazon yang naik 8,9 persen.

DESTRIANITA KUSUMASTUTI


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*