Harga minyak masih berpeluang tertekan

JAKARTA. Mengawali pekan ini, harga minyak kembali terpeleset. Pelaku pasar masih waspada menyusul rencana Venezuela, Rusia dan anggota-anggota OPEC yang segera bertemu membahas pasokan berlebih serta langkah kebijakan moneter The Fed pada September ini.

Mengutip Bloomberg, Senin (7/9) pukul 15.50 WIB harga minyak kontrak pengiriman Oktober 2015 di bursa New York Merchantile Exchange tercatat menyusut 0,96% ke US$ 45,61 per barel. Harga minyak terkikis 7% dalam sepekan terakhir. Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures, menjelaskan, tekanan harga minyak sedikit mengendur akibat data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang tidak sesuai prediksi pasar.

Libur pasar AS pada hari buruh nasional turut menahan kejatuhan harga lebih dalam. Ditambah lagi, “Venezuela sebagai anggota OPEC berinisiatif mengajak anggota OPEC lain bertemu guna menstabilkan produksi,” jelas Nizar.

Katalis positif lain datang dari data Baker Hughes yang melaporkan, sepanjang pekan lalu rig pengeboran aktif AS turun 13 menjadi 662 rig. Ini merupakan penurunan pertama dalam tujuh pekan terakhir. “Namun, karena pasokan masih tinggi dan ekonomi China belum menunjukkan sinyal membaik, harga minyak belum berpeluang menguat,” kata Nizar.

Nizar menduga, keadaan ini belum akan berubah pada Selasa (8/9). Tekanan harga minyak masih tinggi, menyusul antisipasi pasar terhadap data neraca perdagangan China hari ini dan penantian kebijakan The Fed rate pekan depan. Jika data China negatif, bisa dipastikan harga siap melanjutkan pelemahan.

Senada, Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, menambahkan, sulit melihat harga minyak menanjak. Produksi harian AS dan OPEC masih belum dipangkas. Produksi minyak mentah AS masih naik sekitar 6,8% dibanding tahun 2014. Ini menyebabkan stok minyak AS 100 juta barel di atas stok rata-rata dalam lima tahun terakhir. OPEC memproduksi lebih dari 30 juta barel per hari.

“Jika The Fed menaikkan suku bunga, pergerakan harga minyak dunia akan berada di rentang US$ 40 – US$ 60 per barel,” duga Deddy. Ini dengan pertimbangan, spekulasi di pasar akan mereda setelah The Fed rate resmi naik.

Selain itu, penting juga untuk melihat hasil dari inisiatif Venezuela. Jika mendekati akhir tahun 2015 nanti OPEC bersedia mengeringkan produksi, harga akan semakin mudah menembus level US$ 50 per barel yang menjadi resistance terdekat saat ini. “Pasar juga menanti kepastian yuan untuk dana cadangan IMF,” kata Deddy.

Menurut dia, masih ada harapan bagi komoditas energi termasuk minyak pada akhir 2015. Tapi, penguatan tidak bisa signifikan karena pasar baru saja pulih dari keterpurukan.

Secara teknikal harian, Deddy melihat ada peluang rebound teknikal hari ini. Harga masih bergulir di bawah moving average (MA) 50 dan 100 sehingga mendukung pelemahan. Tapi indikator relative strength index (RSI) level 52 dan stochastic level 62 sudah bergerak naik.

Untuk itu Deddy menduga harga minyak hari ini akan berada di US$ 43,5-US$ 47,3 per barel dan sepekan kisaran US$ 41,2-US$ 48,7. Nizar menduga harga di sekitar US$ 44-US$ 47 dan sepekan US$ 43-US$ 48.

Editor: Barratut Taqiyyah.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*