“Ini sedang diversifikasi. Semua termasuk Chevron,” ungkapnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (2/2/2016)
Menurutnya, perusahaan di sektor migas memang cukup tertekan pasca mulai jatuhnya harga minyak dunia. Sekarang bahkan sudah berada di level sekitar US$ 30 per barel.
“Kalau migas sih emang banyak tantangan karena penurunan harga minyak dunia. Tentu harus diantisipasi terus,” jelas Hanif.
Bersama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Hanif akan memantau terus perkembangan perusahaan. Tentunya akan ada komunikasi lebih lanjut dengan perusahaan agar PHK tidak terjadi.
“Koordinasi dengan kementerian terkait dan perusahaan yang di sana. Pada prinsipnya kita berharap jangan sampai PHK, dicarikan solusi yang baik. Tapi kejelasannya kita verifikasi. Ya ada yang dipanggil ada yang didatangi.” pungkasnya.
(mkl/hns)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
—
Distribusi: finance.detik
Speak Your Mind