Harga Minyak Jatuh Karena Dolar AS Menguat

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Kurs dolar AS yang lebih kuat mendorong harga minyak dunia turun tajam pada Selasa atau Rabu (11/3) pagi WIB, menambah tekanan dahsyat di pasar dari membanjirnya pasokan global.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April anjlok 1,71 dolar AS, menjadi ditutup pada 48,29 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan April jatuh 2,14 dolar AS menjadi menetap di 56,39 dolar AS per barel. Patokan global telah jatuh dalam enam dari tujuh sesi perdagangan terakhir.

Dolar AS naik terhadap mata uang utama lainnya, mencapai tingkat tertingggi dalam hampir 12 tahun terhadap euro, di tengah kekhawatiran atas negosiasi utang Yunani dan ekspektasi Federal Reserve akan segera menaikkan suku bunganya.

Data penggajian non pertanian AS yang positif untuk Februari telah mengangkat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunganya pada pertengahan tahun ini, yang memberikan dorongan terhadap dolar AS. Bank sentral AS telah mempertahankan suku mendekati nol selama hampir tujuh tahun untuk mengangkat ekonomi berkurang.

“Jelas penguatan dolar AS akhirnya mengejar pasar minyak,” kata John Kilduff dari Again Capital, mencatat bahwa reli greenback juga memukul pasar saham, terutama saham industri minyak.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 1,6 persen pada perdagangan sore, sementara indeks FTSE 100 di London turun 2,5 persen.

Sebuah penguatan greenback membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah, sehingga mengurangi permintaan.

“Data IHK lemah dari Tiongkok dan kekhawatiran atas reformasi ekonomi Yunani berkontribusi terhadap latar belakang pelemahan ini,” kata Tim Evans, analis Citi Futures.

Pengamat pasar umumnya memperkirakan pasokan yang berlimpah hanya akan menambah buruk, sebagian karena permintaan akan sedikit berkurang karena awal musim semi di belahan bumi utara.

Laporan prospek pasar Departemen Energi AS (DoE) yang dirilis Selasa, memproyeksikan “berlanjutnya penumpukan besar dalam persediaan minyak mentah AS untuk tahun ini, termasuk di pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma.” Karena produksi minyak AS meningkat, stok minyak mentah komersial baru-baru ini telah mencapai rekor tertinggi minggu demi minggu. Laporan persediaan minyak mingguan DoE berikutnya, keluar pada Rabu, diperkirakan menunjukkan peningkatan lain.

Kelebihan pasokan global terus membebani pasar. Total produksi minyak mentah AS diperkirakan rata-rata 9,4 juta barel per hari pada Februari, menurut prospek energi yang dirilis Badan Informasi Energi (EIA) pada Selasa.

EIA memproyeksikan rata-rata produksi minyak mentah AS mencapai 9,3 juta barel per hari pada 2015 dan 9,5 juta barel per hari pada 2016, mendekati 9,6 juta barel per hari, tingkat rata-rata tertinggi tahunan produksi AS pada 1970.

Sementara itu, ada sedikit tanda untuk Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi sepertiga minyak dunia, akan memangkas kuota produksi kolektif dari 30 juta barel per hari, dalam menanggapi kemerosotan harga minyak.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Speak Your Mind

*

*