Harga Minyak Jatuh, Irak:Tak Ada Sidang Darurat OPEC

REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN – Harga minyak mentah dunia jatuh hingga 92 dolar AS per barel Selasa kemarin, menuju posisi terendah selama 27 bulan. Namun, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan Kamis (10/9), OPEC belum merencanakan untuk menyelenggarakan rapat guna mendiskusikan jatuhnya harga minyak dunia.  

“Untuk saat ini tidak ada rencana untuk mengadakan pertemuan darurat OPEC,” kata Zanganeh seperti dikutip media Shana.  Ia mengatakan, OPEC masih akan menoleransi penurunan harga minyak hingga para pimpinan OPEC memutuskan untuk memangkas produksi mereka.

Penurunan harga minyak di bawah tingkat yang diharapkan OPEC, yaitu 100 dolar AS per barel memicu seruan dari beberapa anggota untuk memangkas jumlah persediaan. Namun, anggota-anggota negara padang pasir bertaruh bahwa jumlah permintaan pada musim dingin akan dapat menopang harga saat ini. Ini menunjukkan bahwa kelompok ini tidak akan mengambil langkah kolektif.

Iran merupakan salah satu negara dengan kebutuhan tertinggi terhadap harga minyak dunia. Oleh karena itu, negara ini seringkali mendukung langkah-langkah yang dapat meningkatkan harga minyak. Sementara, negara-negara Arab dan negara Padang Pasir memiliki ambang yang lebih rendah.

Zanganeh tampak meremehkan langkah Arab Saudi untuk memotong harga jual resmi minyak pekan lalu. Langkah ini memicu spekulasi di kalangan pebisnis akan perlunya perang pemotongan harga darurat dari OPEC untuk mempertahankan pasar saham.

“Tindakan negara-negara tertentu dalam menurunkan harga minyak mereka tidak bisa dianggap sebagai perang penurunan harga,” kata Sanganeh seperti dikutip media Mehr.

Secara terpisah, seorang pejabat dari perusahaan minyak nasional Iran mengatakan, Iran akan menyediakan minyak berdasarkan harga pasar internasional. Iran juga tidak berencana mengikuti perang harga yang dimulai Arab Saudi.  

Rencananya, para menteri dari negara-negara OPEC akan bertemu di Wina 27 November mendatang. Dalam pertemuan ini akan dipertimbangkan perlu tidaknya menyesuaikan target produksi mereka sebesar 30 juta barel per hari untuk awal 2015.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Speak Your Mind

*

*