Financeroll – Pertemuan terakhir dari OPEC memberikan kesempatan untuk memahami misteri pasar minyak global. Seperti yang diharapkan, OPEC memutuskan untuk tidak memangkas produksi minyaknya. Pasokan minyak yang potensial telah melebihi permintaan.
Perubahan harga minyak dunia yang dramatis terlihat membingungkan. Pada pertengahan tahun 2014, harga minyak mentah rata-rata sekitar $ 100 per barel. Sekarang, harga tersebut berkisar antara $ 50 dan $ 60. Dengan perekonomian dunia yang perlahan pulih, mengapa harga minyak bisa turun?
Ada dua penjelasan singkat mengenai pertanyaan tersebut. Pertama, permintaan minyak adalah price inelastic menurut para ekonom. Perubahan kecil dalam penawaran dan permintaan dapat menghasilkan perubahan harga yang besar. Pasokan dan permintaan secara tak terduga telah mengembangkan surplus global, dan otomatis menurunkan harga. Peningkatan shale-oil Amerika tiba-tiba menyebabkan banjir pasokan. Dunia sekarang menggunakan sekitar 93 juta barel per hari (bph), tetapi masih dapat menghasilkan 95 juta barel per hari atau sedikit lebih.
Kedua, Arab Saudi belum menyerap surplus. Negara tersebut telah membanjiri pasar dengan minyak. Kabarnya, mereka tidak ingin kehilangan penjualan ke produsen lain. Mereka juga mengatakan khawatir bahwa harga yang terlalu tinggi akan melemahkan permintaan di masa mendatang untuk minyak.
Puncak minyak akan terjadi ketika penemuan minyak baru tidak lagi mengimbangi konsumsi tahunan dan disediakan untuk pertumbuhan di masa depan. Hal ini tampaknya tidak dapat dihindari. Minyak merupakan sumber daya alam yang terbatas. Ketika persediaan di satu lokasi telah habis, manusia harus mencari ke lokasi lain. Masalahnya adalah bahwa logika menarik ini sedang terjadi di dunia nyata.
Pada tahun 1950, produksi minyak global mencapai sekitar 10 juta barel per hari. Pada tahun 1970, persediaan tersebut hampir lima kali lipat, 48 barel per hari. Sekarang, produksi dan konsumsi menuju ke angka 100 barel per hari. Setiap kali puncak minyak terlihat mengancam, beberapa kombinasi harga yang tinggi, kemajuan teknologi, dan beberapa hal lainnya berhasil meningkatkan pasokan global.
Hasilnya adalah kebingungan publik, dimana analis minyak, Blake Clayton, menunjukkan dalam buku barunya yang menarik “Market Madness: A century of oil panics, crises, and crashes” Ia berulang kali membelok dari psikologi dan realitas kelangkaan ke psikologi dan realitas keberlimpahan.
Dalam bukunya, Clayton menulis, ketika meningkatnya kepemilikan mobil menginspirasi banyak pembahasan mengenai “oil exhaustion” dan “gasoline famine.” Tapi kelangkaan pada bensin tersebut dapat dicegah oleh penemuan-penemuan baru di Texas dan Oklahoma, kemajuan pengeboran, dan meningkatnya penyulingan minyak. Pada tahun 2008, 76% warga Amerika percaya bahwa dunia telah kehabisan minyak. Salah satu sumber energi manusia semakin menipis dan berpotensi membawa manusia menuju kepunahan.
Semua ini menunjukkan makna yang lebih dalam terhadap runtuhnya harga minyak baru-baru ini. Sejauh minyak masih merupakan sumber ketidakstabilan geopolitik dan ekonomi, bahaya masih tetap mengancam dari sudut-sudut kehidupan yang tak diketahui. Sejauh minyak mengkonsumsi pemanasan global, bahaya tetap mengancam dari manapun. Kecuali sejarah mengalami perubahan dan menyebabkan Zaman Minyak untuk tetap bertahan.(Edo Bramantio – Financeroll)
Untuk berlangganan sinyal premium dan pemasangan iklan, hubungi pin bb 53738CAB
—
Distribusi: Financeroll Indonesia
Speak Your Mind