Harga Minyak Anjlok, Pemerintah Ngelus-elus Investor Migas

Jakarta -Tantangan investor melakukan pengeboran minyak dan gas bumi di Indonesia sangat banyak, mulai dari banyaknya perizinan hingga tidak ada kepastian perpanjangan kontrak. Hal ini bisa berdampak pada kaburnya perusahaan minyak dari Indonesia.

Hal tersebut seperti diungkapkan Kepala Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Elan Biantoro dalam Business Forum Infrastruktur Migas 2nd Series Majalah Oil & Gas Indonesia dan Komunitas Migas Indonesia.

“Tantangan investasi migas di Indonesia sangat banyak, salah satunya perpanjangan kontrak nggak pasti, investor supaya nggak mundur dari Indonesia, harus diberi kepastian supaya nggak takut kontraknya bakal nggak diperpanjang. Tugas kita supaya ngelus-elus investor nyaman ada di sini, padahal tantangannya banyak,” kata Elan di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (30/9/2015).

Elan mengatakan, apalagi di tengah naiknya dolar Amerika Serikat, sementara harga minyak jatuh, hal ini membuat tantangan industri hulu migas semakin berat.

“Industri migas, pemain Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), cash flow-nya sampai 10 tahun ini masih negatif,” ucapnya.

Apalagi, kata Elan, risiko kegagalan pengeboran minyak dan gas bumi di Indonesia sangat tinggi. Sementara cadangan minyak bumi Indonesia rendah dan jumlahnya terus turun.

Ranking world proven oil reserve kita di bawah Angola dan Brazil. Tandanya putih, jadi proven-nya pun level rendah. Cadangan minyak nasional Indonesia 2011 tinggal 4 miliar barel. Sebanyak 22,6 miliar barel sudah habis dikuras masa lalu. Potensial reserve ada 43,7 miliar barel,” tutupnya.

(rrd/hen)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*