Harga Jaring Ikan Nelayan Indonesia Lebih Mahal Dari Negara di ASEAN


shadow

FINANCEROLL – Jakarta Rapat Dengar Pendapat antara Komisi IV DPR RI dan Kementeri Kelautan dan Perikanan yang di sampaikan langsung oleh Menteri Susi Pudjiastuti yang memberikan penjelasan soal rencana kerja 2015 kepada 28 anggota DPR, di gedung rapat kerja Komisi IV DPR RI Senayan, Senin (26/1/2015).

Di depan pimpinan Komisi IV DPR Edhi Prabowo dan anggota DPR lainnya, Susi memberikan pemaparan beberapa program, termasuk membahas soal mahalnya harga jaring di Indonesia.Menurutnya harga jaring ikan di Indonesia termahal di ASEAN, harganya 1/4 lebih mahal dibandingkan harga jaring di Singapura. “Harga jaring Indonesia termahal di ASEAN. Bahkan harga 1/4 lebih mahal di Singapura. Sudah gitu nelayan kita miskin,” kata Susi, di ruang Komisi IV.

Susi menjelaskan penyebab harga jaring ikan di Indonesia mahal karena pemerintah memberikan tarif bea masuk cukup tinggi pada produk benang nilon impor yang menjadi bahan dasar pembuat jaring ikan.

“Impor nilon dimasukan ke dalam HS tekstil yang dilindungi dan dikenakan bea masuk yang tinggi. Dulu saya ingin protes karena kesibukan dengan Susi Air. Bagaimana bisa nilon jaring disamakan dengan nilon pakaian,” papar Susi.

Susi menuturkan saat ini impor nilon dikenakan tarif bea masuk sebesar 12%. Tingginya tarif bea masuk nilon membuat harga nilon di dalam negeri cukup tinggi. Di sisi lain, industri produk benang nilon di Indonesia tak berkembang.

“Produsen jaring hanya 1 yang kuat yaitu di Cirebon yang lain tidak bisa. Nilon salah satu produk yang dilindungi. Kita kena 12% lebih mahal belum lagi pajak distribusi lainnya,” ungkapnya kepada anggota dewan Komisi IV.

Ia meminta bantuan kepada komisi IV DPR soal tarif impor benang nilon untuk keperluan nelayan dikecualikan. Selain soal tarif impor nilon, masih banyak masalah di sektor perikanan yang harus dibenahi antara pemerintah dan DPR.

“Beberapa kebijakan fiskal atas beberapa bahan yang dibutuhkan nelayan hampir tidak disentuh. Produk tuna dan udang masih bisnis UMKM nelayan marginal. Kenapa Timor Leste kena 0% di Eropa kenapa kita tidak? Nelayan kita masih sama miskinnya dengan mereka,” jelasnya.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*