Harga CPO masih bergerak konsolidasi

JAKARTA. Pergerakan harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) cenderung tertekan di tengah beragam sentimen yang mewarnai. Namun dalam jangka pendek, harga berpotensi rebound.

Mengutip Bloomberg, Senin (19/10) pukul 16.15 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Januari 2016 di bursa Malaysia Derivative Exchange turun 0,6% ke RM 2.286 atau setara US$ 543 per metrik ton.

Sepekan terakhir harga naik tipis di bawah 0,1%. Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, mengatakan, CPO mendapatkan sentimen yang bervariasi.

Sentimen positif datang dari Indonesia, yaitu ekspor minyak sawit bulan September naik 11,3% menjadi 2,34 juta ton dibandingkan bulan sebelumnya. Terutama ekspor ke Eropa melonjak 41% menjadi 373.600 ton guna memenuhi kebutuhan biodiesel.

Lalu, pelemahan mata uang ringgit juga cukup positif terhadap pergerakan harga CPO. Namun sentimen negatif berembus dari ekspor CPO Malaysia periode 1-15 Oktober 2015 yang turun 8,75% menjadi 698.104 ton. “Artinya pasokan CPO baik dari Malaysia maupun Indonesia kembali naik seiring dengan penurunan ekspor,” ujar Deddy.

Sedangkan data ekonomi China yang diumumkan Senin (19/10) seperti data pertumbuhan ekonomi dan produksi industri tak banyak mempengaruhi harga. Bulan September, ekspor CPO Indonesia ke China turun 7,5% dari bulan sebelumnya menjadi 279.000 ton. Namun secara tahunan angka tersebut naik 59%.

Potensi penguatan

Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures, menambahkan, harga CPO masih konsolidasi dengan kecenderungan menguat, setelah ada spekulasi The Fed menunda kenaikan suku bunga tahun ini. “Itu fundamental yang saat ini paling kuat,” ujarnya.

Wahyu menduga, harga CPO dalam sepekan ke depan akan melanjutkan konsolidasi dengan peluang rebound cukup besar. Peluang kenaikan harga CPO, menurut Wahyu, semakin besar lantaran pertumbuhan ekonomi China berada di atas proyeksi. “Berita baik ini berdampak positif bagi pasar global dan harga komoditas,” terang Wahyu.

Ancaman El Nino dalam beberapa bulan ke depan juga membantu kenaikan harga. Apalagi jika mata uang ringgit tertekan. Deddy menambahkan, pemerintah Indonesia akan mulai menerapkan program B20 pada tahun 2016, yakni mewajibkan campuran bahan bakar nabati pada BBM sebesar 20%.

Tak hanya itu, Indonesia dan Malaysia bekerja sama membentuk dewan sawit untuk menjaga stabilitas harga. Secara tenikal Deddy melihat, harga CPO masih bergulir di atas moving average (MA) 50, MA100, dan MA200 sehingga kemungkinan menguat cukup besar.

MACD berada di area positif 27 dengan RSI naik dari level 51. Namun stochastic turun dari level 24.

Selasa (20/10) Deddy memprediksi, harga CPO akan naik di RM 2.250-RM 2.360 per metrik ton. Sepekan ke depan, harga bergulir di RM 2.130-RM 2.450.Sedangkan Wahyu memperkirakan, harga di rentang RM 2.100-RM 2.500 dalam sepekan ke depan.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*