Harga CPO kerek sektor agribisnis

JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) berada di level tertinggi selama 20 bulan terakhir. Harga CPO di Bursa Malaysia pada Kamis (4/2) mencapai RM 2.552 per metrik ton.

Pemicu kondisi ini adalah faktor alam, seperti badai El Nino berkepanjangan yang menurunkan jumlah produksi. Kenaikan harga ini menjadi sentimen positif bagi emiten produsen CPO.

Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo, memperkirakan, kinerja emiten perkebunan masih bisa tumbuh tahun ini. “Penjualan emiten CPO dapat tumbuh minimal 3%,” kata Reza, kepada KONTAN, Kamis (4/2).

Pertumbuhan tersebut dapat ditopang oleh permintaan yang meningkat dari dalam negeri. Sedangkan produksi akan terbatas karena faktor cuaca. Fadli, analis Net Sekuritas, mengatakan, harga minyak sawit melambung karena El Nino berkepanjangan.

“Emiten yang diuntungkan hampir semua. Emiten yang lebih diuntungkan adalah yang memiliki lahan besar,” ujar Fadli.

Emiten-emiten terrsebut di antaranya PT Astra Agro Lestari (AALI), PT PP London Sumatra Indonesia (LSIP) dan PT Salim Ivomas Pratama (SIMP). Hans Kwee, Direktur Riset Investa Saran Mandiri, sependapat.

Menurut Hans, El Nino ini akan berlanjut dengan badai El Nina. “El Nina itu hujan berlebih, biasanya produksi CPO juga ikut turun, harga naik deh,” kata Hans.

Selain pasokan yang turun, menjelang perayaan tahun baru Imlek, permintaan juga meningkat. Ini mendukung kenaikan harga karena di tengah pasokan minim, kebutuhan malah meningkat. Tapi menurut Hans, ini adalah faktor musiman.

“Tidak akan terjadi panjang, permintaan akan berkurang setelah Imlek, El Nina juga dan hujan juga tidak lama. September nanti sudah mulai musim panen,” terangnya. Kondisi positif ini menurutnya hanya akan terjadi pada jangka pendek.

Sentimen positif ini terancam kebijakan ekonomi Prancis yang akan memberlakukan pajak tinggi untuk impor minyak sawit. Terkait aturan ini, Fadli tidak begitu khawatir, mengingat Prancis bukanlah pasar ekspor utama.

Produksi CPO Indonesia dapat diserap semua di dalam negeri. “Apalagi ada kebijakan biofuel 15%, harusnya tidak terlalu berpengaruh,” paparnya.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, siap mengembangkan energi biofuel sembari mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) sebesar 15%.

Harga CPO dapat tetap bertahan jika kebijakan ini berjalan konsisten. Fadli merekomendasikan beli beberapa emiten CPO, seperti AALI dengan target harga di Rp 23.000, SIMP Rp 450 dan LSIP Rp 1.800.

Sedangkan Hans merekomendasikan wait and see emiten AALI dan SIMP karena harga sudah terlalu mahal. Hans merekomendasikan beli dengan target harga Rp 2.260 untuk LSIP. Kemarin, harga saham AALI, SIMP dan LSIP masing-masing ditutup pada Rp 17.025, Rp 328, dan Rp 1.445.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*