Harga Baja AS Mahal, Konsumen Beralih ke China

Harga Baja AS Mahal, Konsumen Beralih ke China

Untuk beberapa konsumen baja di AS, harga baja buatan China saat ini dianggap menarik dibandingkan dengan buatan dalam negeri. Alasan utamanya adalah karena harga semua jenis baja buatan AS hampir mendekati rekor tertinggi dibandingkan dengan buatan China dan negara-negara lain. Naiknya harga baja di AS ini banyak dikaitkan dengan kelebihan pasokan baja global dan permintaan yang kuat dari produsen mobil. Hal ini telah memicu lonjakan impor baja yang diperkirakan akan mencapai 3,2 juta ton pada Januari, naik 23 persen dari 2,6 juta ton pada bulan yang sama tahun sebelumnya.

Analis Vibiz Research melihat rata-rata perbedaan harga baja buatan AS dan China telah melonjak menjadi USD 159 per ton, dan sebelumnya  tahun lalu, harga baja AS sebenarnya lebih murah USD 19 per ton. Tadinya harga baja AS relatif rendah sampai bulan Bulan Maret tahun lalu, ketika produsen besar seperti US Steel Corp, AK Steel Holding Corp, dan ArcelorMittal MT mampu menaikan harga ketika permintaan baja untuk sektor industri dan pasar konstruksi membaik.

Rata-rata harga baja AS untuk gulungan hot-rolled coil sekarang USD 676 per ton, naik sekitar 10 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, harga saat ini untuk Cina hot-rolled coil adalah USD 540 per ton. Sementara itu, meski pemerintah China sudah mengurangi produksi bajanya, produksi baja negara itu tetap naik 7,5 persen hingga mencatat rekor produksi 779 juta ton.  Jumlah tersebut tujuh kali lebih banyak dari produsen baja nomor 2 di dunia, Jepang.

Beberapa perusahaan baja di Amerika seperti Midland Steel Warehouse Corp, U.S. Steel, Chicago Calhoun Steel Co tahun 2012-2013 lebih mengandalkan produsen baja dalam negeri untuk memasok 4.000 ton baja setiap bulannya. Sekarang, 30 persen baja dipasok dari perusahaan China, India, dan Brazil karena dianggap lebih murah dan memiliki kualitas produk yang sama.

Sebelumnya, Wilayah Timur AS sempat memiliki pabrik baja besar yaitu RG Steel LLC. Namun perusahaan ini ditutup dua tahun karena biaya tenaga kerja yang terlampau tinggi dan kurangnya permintaan di baja di wilayahnya. AS tidak memiliki kapasitas produksi baja yang cukup, dan telah bergantung pada impor selama beberapa dekade. Negara ini mengkonsumsi sekitar 108 juta ton per tahun, di mana sekitar 75 persen diantaranya dibuat oleh produsen AS, sisanya dibuat oleh produsen asing dan melalui impor. 

Mahalnya baja AS membuat pangsa pasar baja impor meningkat sekitar 30 persen, sehingga tingginya impor baja ini adalah alasan utama yang akan membuat harga baja di AS nantinya akan turun tahun ini. Dan kini diberitakan harga baja impor saat ini sedang melambat karena konsumen sedang menunggu kiriman baja baru dari luar.

(ra/JA/vbn)

Pic: bearingnews


(Sumber : http://vibiznews.com/feed/ )

Speak Your Mind

*

*