Goncangan pasar saham reda sejenak

JAKARTA. Selama empat hari terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bangkit dan menanjak hampir 7%. Di awal pekan ini, pelaku pasar mesti berhati-hati. Sebab, pergerakan indeks saham tersebut belum mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia.

Pekan lalu, IHSG sempat mencapai 4.163,73 (24/8). Ini level terendahnya pasca IHSG masuk tren bearish. Namun di akhir pekan lalu (28/8), IHSG melesat hingga 4.446,20. Selain terangkat oleh menghijaunya pasar global, penguatan IHSG juga didorong langkah pemerintah yang mengintervensi pasar.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai, setidaknya ada dua faktor yang mengangkat IHSG pekan lalu. Pertama, berkurangnya net sell asing dari Rp 400 miliar-Rp 500 miliar per hari menjadi senilai Rp 250 miliar per hari.

Pekan lalu, investor asing bahkan sempat membukukan posisi beli bersih senilai Rp 218,59 miliar (27/8). Pada penutupan perdagangan akhir pekan, investor asing kembali mencetak jual bersih, nilainya Rp 140,49 miliar.

Kedua, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan mulai masuk pasar. Tampaknya, koreksi indeks saham menjadi momentum bagi investor institusi untuk mengakumulasi beli saham.

Di saat yang sama, pemerintah menginstruksikan emiten BUMN untuk membeli kembali (buyback) sahamnya di pasar. Setidaknya, pemerintah menargetkan Rp 10 triliun bagi emiten BUMN untuk mengakumulasi beli saham. “Tak hanya buyback, pemerintah juga menyarankan dana pensiun, BPJS, dan asuransi untuk masuk ke pasar,” tambah Hans Kwee, analis Investa Saran Mandiri.

Dari pasar global, tekanan di bursa Shanghai mulai mereda seiring langkah otoritas Tiongkok mengguyur stimulus CNY 100 miliar ke pasar. Namun, jika bursa Shanghai terhuyung, dia melihat IHSG bisa kembali terkoreksi.

Direktur Avere Investama Teguh Hidayat memprediksi pasar masih fluktuatif sekitar dua bulan ke depan. Apalagi, masih ada spekulasi kenaikan suku bunga The Fed. Di saat yang sama, indeks Dow Jones diperkirakan menyusut pada September nanti.

Selain itu masih ada faktor perlambatan ekonomi domestik, pelemahan rupiah, ancaman krisis ekonomi dan politik di Malaysia, hingga devaluasi yuan. Hans memperkirakan IHSG masih bergerak konsolidasi, dengan kecenderungan menguat terbatas. “Pasar secara umum stabil. Tapi rawan profit taking,” ucap Hans.

Dalam jangka pendek, Satrio juga menilai laju IHSG akan terkonsolidasi. Setelah menguat cukup banyak pada pekan lalu, IHSG kembali mencari posisi. Dia mengatakan, belum ada sentimen positif yang mampu mengerek IHSG. Pemodal masih menunggu keputusan The Fed pada 17 September nanti.

Menurut Hans, IHSG berpeluang naik pertengahan September, usai kepastian penetapan bunga The Fed. Sedang Teguh melihat titik terendah IHSG adalah Oktober, mengacu pada data historis. Dia memperkirakan IHSG lebih tenang setelah Oktober.

Teguh menyarankan agar pemodal memasukkan sebagian dananya ke pasar modal. Setelah Oktober, pemodal bisa kembali masuk sekuat tenaga ke pasar. Teguh menjatuhkan pilihan ke saham blue chips dan BUMN. Adapun Hans menyarankan akumulasi saham perbankan, konstruksi, dan semen.

Sebanyak enam dari 10 analis yang disurvei KONTAN memprediksi IHSG hari ini (31/8) menguat. Adapun empat analis menerka indeks melemah. Median prediksi 10 analis memperlihatkan IHSG bergerak di rentang support-resistance 4.392-4.498.

Editor: Yudho Winarto.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*